Akhir-akhir ini kita diberikan banyak kabar duka dari beberapa daerah termasuk bencana kebakaran di Los Angeles, ataupun tsunami di Jepang, banjir di Sukabumi, Dayeuhkolot, longsor Tasikmalaya, Pekalongan, Bali dan banyak daerah lainnya terus melanda. Kerugian materil dan moril tidak bisa terhitung lagi. Sebuah krisis lingkungan yang cukup massal melanda alam. Selain sebagai sebuah fenomena alam, ada bagian dari kita yang ikut berperan didalam terjadinya krisis ini, sejauh mana kita dapat memperlakukan alam dengan baik ?
Krisis lingkungan telah menjadi salah satu isu global yang paling mendesak saat ini. Bencana alam seperti banjir, kebakaran hutan, dan tanah longsor terus meningkat dan menyebabkan kerusakan yang parah. Menurut data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada tahun 2022, Indonesia mengalami 3.442 bencana alam, dengan jumlah korban meninggal mencapai 744 orang dan 11.585 orang terpaksa mengungsi (BNPB, 2022). Selain itu, kebakaran hutan yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia juga menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah dan berdampak pada kesehatan masyarakat.
Realitias Sosial dan Perilaku Manusia
Krisis lingkungan yang terjadi saat ini sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Perilaku manusia telah menjadi pemicu utama terjadinya berbagai bencana alam. Aktivitas seperti penebangan hutan secara liar, pembuangan limbah sembarangan, pembangunan infrastruktur yang tidak ramah lingkungan, serta penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan telah mengganggu keseimbangan ekosistem. Akibatnya, terjadi peningkatan suhu global, perubahan pola cuaca ekstrem, naiknya permukaan air laut, dan kerusakan habitat. Kegiatan-kegiatan manusia ini telah memicu bencana seperti banjir, longsor, kekeringan, dan badai yang semakin sering dan intens terjadi, mengancam kehidupan manusia dan keberlangsungan alam.
Krisis lingkungan tidak hanya berdampak pada lingkungan fisik, tetapi juga berdampak pada kesehatan masyarakat dan perekonomian. Menurut laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), polusi udara yang disebabkan oleh kebakaran hutan dan aktivitas manusia lainnya menyebabkan 7 juta kematian prematur setiap tahunnya (WHO, 2022).
Penting bagi kita untuk mengambil tindakan nyata untuk mengatasi krisis lingkungan dan menjaga kelestarian lingkungan untuk generasi masa depan. Di negara kita, pertumbuhan penduduk yang pesat, gaya hidup yang berorientasi pada konsumen, dan kurangnya sumber daya manusia di bidang lingkungan hidup telah menyebabkan meningkatnya polusi dan kerusakan lingkungan, terus menurunnya daya dukung ekosistem, dan serangkaian bencana lingkungan.
Kesadaran yang rendah tentang pentingnya menjaga lingkungan juga menjadi salah satu penyebab krisis lingkungan. Banyak orang masih belum menyadari bahwa tindakan mereka sehari-hari dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan. Menurut Emil Salim, kesadaran lingkungan masih sangat rendah di Indonesia. Banyak orang masih belum menyadari bahwa lingkungan hidup adalah bagian dari kehidupan kita sendiri. Penting bagi kita untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan dan mengambil tindakan nyata untuk mengatasi krisis lingkungan.
Pengenalan dan Penumbuhan Akhlak Lingkungan
Akhlak lingkungan merupakan salah satu konsep yang sangat penting dalam mengatasi krisis lingkungan. Menurut Azra, akhlak lingkungan adalah salah satu bentuk akhlak yang paling penting dalam mengatasi krisis lingkungan. Akhlak lingkungan mengajarkan kita untuk menghargai dan menghormati lingkungan, serta mengambil tindakan untuk menjaga dan melindungi lingkungan.
Emil Salim menjelaskan bahwa akhlak lingkungan harus dibangun melalui proses pendidikan dan penumbuhan kesadaran lingkungan. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti pendidikan formal, pendidikan non-formal, dan kegiatan komunitas. Kita dapat membangun masyarakat yang memiliki akhlak lingkungan yang baik dan peduli terhadap lingkungan.