Â
Hampir setaip kali saya membuka media sosial, banyak sekali remaja yang mengalami atau membagikan kisah pengalaman kesehatan mental yang mereka alami baik didalam kehidupan sekitar saya dan teman-teman online saya, maupun saya sendiri. Remaja merupakan tahap hidup yang penuh tantangan dan perubahan, baik fisik maupun psikologis. Namun, kondisi ini dapat menjadi lebih rumit jika remaja terpapar faktor risiko yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental. Salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental pada remaja adalah keluarga yang strict.Â
Keluarga strict dapat menimbulkan tekanan pada remaja, yang kemudian dapat menyebabkan stres, depresi, dan gangguan lainnya. Untuk mencegah masalah kesehatan mental pada remaja di kalangan keluarga strict parents, perlu diambil beberapa langkah, seperti melakukan hobi yang disukai dapat membantu kestabilan mental remaja dengan kalangan keluarga strict parents.Â
Kita semua pasti merasakan yang namanya menjadi anak remaja maupun sudah pernah memasuki tahapan menjadi anak remaja!! termasuk saya!
Jadi, masa remaja sering disebut sebagai masa pubertas, yang merujuk pada perubahan biologis yang cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa. Dari perspektif psikologis, masa remaja adalah waktu di mana individu mulai terintegrasi dalam masyarakat dewasa. Pada masa ini, anak-anak tidak lagi merasa lebih rendah daripada orang dewasa, melainkan merasa setara atau sejajar. Remaja dapat dibagi menjadi tiga fase: remaja awal (12-15 tahun), remaja pertengahan (15-18 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun) (Kumalasari dkk, 2012 dalam Muntyas Subekti et al., 2020). Remaja juga merupakan tahap hidup yang penuh dengan perubahan dan tantangan, baik fisik maupun psikologis. Namun, kondisi ini dapat menjadi lebih rumit jika remaja terpapar faktor risiko yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental. Salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental pada remaja adalah keluarga yang strict. Keluarga strict dapat menimbulkan tekanan pada remaja, yang kemudian dapat menyebabkan stres, depresi, dan gangguan lainnya.Â
Para peneliti memperkirakan bahwa 5-10% remaja mengalami gejala stres karena berbagai faktor keluarga, individu, dan lingkungan, termasuk namun tidak terbatas pada konflik antar anggota keluarga (terutama orang tua), hubungan antara anak, orang tua, dan teman sebaya, kesulitan keuangan, dan masalah kesehatan fisik. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa 20% ibu dan 12% ayah menderita stres karena pendekatan mereka dalam mengasuh anak (Arsyam, 2018 dalam Hidayanti et al., 2023). Diperkirakan lebih dari 12 juta remaja berusia di atas 15 tahun menderita stres, dan 19 juta remaja mengalami masalah kesehatan mental emosional. Risalah Kesehatan Dasar tahun 2018 menyediakan data tersebut.Â
Saya juga pernah menjadi bagian anak dari kalangan strict parents kok!!
Namun, ada cara yang efektif untuk saya menangani masalah kesehatan mental saya pada saat itu bahkan sampai sekarang, yaitu dengan melakukan hobi yang saya sukai. Karena hobi yang disukai dapat membantu remaja mengalihkan perhatian dari tekanan dan stres yang dihadapi, serta membantu meningkatkan kepercayaan diri dan kesejahteraan mental.Â
Pertama, hobi dapat membantu remaja mengalihkan perhatian dari tekanan dan stres yang dihadapi. Ketika remaja melakukan hobi yang disukai, mereka dapat mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi dan fokus pada aktivitas yang menyenangkan. Hal ini dapat membantu mengurangi stres dan tekanan yang dihadapi remaja.
Kedua, hobi dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri remaja. Ketika remaja berhasil dalam melakukan hobi yang disukai, mereka dapat merasa bangga dan percaya diri. Hal ini dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri remaja dan mengurangi rasa tidak aman yang dihadapi.