[caption id="attachment_274494" align="aligncenter" width="300" caption="Kompas Doc (Koleksi ITM) "][/caption] Pesona Menakjubkan: Irwan Thahir Manggala - Saya menyimpan rapi dokumen koran Kompas asli yang mengangkat profil calon presiden 2004. Saya masih terus croos check untuk mendapatkan informasi kalau tulisan panjang yang memajang @ 8 halaman penuh untuk jatah 5 pasangan itu sudah diterbitkan dalam buku, "Sang kandidat". Hingga kini saya belum pernah melihat buku tersebut. Saat membaca profil 5 pasangan capres kala itu saya seperti sedang menikmati gabungan bacaan profile, biografi dan analisis pakar. Kompas(24/6/2004) Menurut Ikrar Nusa Bakti, mengaggap SBY-JK sebagai pasangan serba "paling". Ringkasan tanggapan Ikrar Nusa Bakti," Bagaimana pula SBY bisa mengubah kultur militeristik anggota TNI sembari membuat TNI sebagai tentara yang profesional, dapat dibanggakan, dan tunduk pada otoritas politik sipil....Beranikah SBY melawan arus pemikiran da kebiasaan lama di TNI, khususnya TNI AD, yang telah membesarkannya?" Di bagian halaman 63 pasangan SBY-JK digambarkan berada dalam posisi teratas dalam popularitas, khususnya kalangan publik perkotaan. Namun, pasangan ini juga didera oleh isu-isu yang merepotkan, mulai dari soal syariat Islam, komposisi agama, dukungan asing, 27 Juli, serta isu lain. Siapa bisa membayangkan kalau mesin politik PDI-P atau Golkar - yang kala itu punya daya dukung kuat. Keadaan ini menjadi petimbangan Partai Demokrat bergabung dengan Partai PBB dan Partai PKPI. Situasi lain yang dibutuhkan adalah faktor efektif dan solid. SBY-JK menempati penilaian pasangan paduan kehati-hatian dan kecepatan memanfaatkan kesempatan. Amiens Rais-Siswono Yudhohusodo perpaduan ego ideal dan ego realistis, sedangkan pasangan Hamzah Haz-Agum Gumelar dinilai memiliki paduan kekuatan kompromi dan presensi diri. Saya tidak mendapatkan sosok pasangan Megawati Hasyim Muzadi dan Wiranto-Salahuddin Wahid. Penanda Baru Politik Suksesi presiden SBY-Boediono tahun depan menjadi momen penting bangsa untuk memasuki era baru. Kita masih punya banyak pekerjaan rumah yang belum tuntas. Proses belajar berdemokrasi masih berada pada layaknya usia abg(remaja)- belum dewasa. Hari ini(26/8)hingga dua hari kedepan Kompas menampilkan isu sosok pemimpin baru: calon presiden 2014. Publik harus belajar banyak dengan masa dua periode pemilihan langsung sebelumnya, tahun 2004 dan 2009. Pada tahun 2004 ada 5 pasangan, dan di tahun 2009 ada 3 pasangan. Dari kedelapan pasangan, hanya Wiranto dan Jusuf Kalla yang nampaknya mewnikmati tiga periode pilpres. Jusuf Kalla hingga kini belum tampil penuh dengan menyatakan diri maju di capres 2014 - begitu pula belum ada partai yang mengusungnya. Lain halnya dengan Wiranto, kini sudah berdaulat maju capres-cawapres bersama Hary Tanoe lewat kendaraan Partai Hanura. Hasil survei Litbang Kompas memberi gambaran elektabilitas Wiranto mendapat di bawah 5 %, tidak sama dengan Jusuf Kalla 6,7%. Tapi Jusuf Kalla, termasuk Prabowo, Megawati, dan Aburizal Bakrie tertinggal dari melesatnya Joko Widodo(Jokowi)32,5%. Hasil sementara dari perhitungan survei Kompas ini akan menjadi pertimbangan publik untuk mempersipakan diri memilih siapa sosok pilihannya nanti pada April 2014. Pattunuang Asue(26/8:21.10) .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H