[caption id="attachment_354579" align="aligncenter" width="300" caption="Foto: Irwan Thahir Manggala "][/caption]
[caption id="attachment_354582" align="aligncenter" width="300" caption="Foto: Irwan Thahir Manggala "]
Kini Kota Ambon sudah benar-benar aman. Siapa (lagi) orang di luar Ambon yang mau terus-menerus melakukan promosi untuk kondisi Kota Ambon terus manise. Pembangunan Kota Ambon dan daerah disekitarnya sedang berpacu mengejar ketertinggalan. Dukungan dari orang-orang yang pernah merasakan warna indahnya Kota Ambon masih harus diberi peran. Penataan dan perbaikan ibukota 'Seribu Pulau' itu membutuhkan sentuhan semua pihak. Buah prestasi almarhum Gayatri Weilissa harus terus digulirkan - sama halnya kepada Glenn Fredly lewat karya film layar lebar  'Cahaya dari Timur: Beta Maluku'.
Saya sudah lama tinggal di Kota Ambon jauh sebelum terjadi konflik sosial pada 1999. Pada akhir Desember 2012 saya mendapat tugas baru di Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan . Rentetan perjalanan sejak di SD Al-Hilaal 3 di Kota Ambon , tinggal di Jalan Baru Pohon Pule yang berdekatan dengan Masjid Raya Alfatah dan Gereja Silo, tugas mengajar sejak 1996 di MTsN Batumerah di kampung Kebun Cengkih Kota Ambon belum bisa melepas ikatan amanah dengan perpindahan tugas ke wilayah yang jauh dari Kota Ambon. Keterpanggilan untuk mngembalikan Ambon Manise berdasar rasa kemanusiaan dan rasa cinta tanah air
Saya sangat terharu melihat langsung (lihat foto di atas) iring-iringan kendaraan yang membawa Gong Perdamaian Dunia dari Bandara Pattimura Laha di bagian ujung Kota Ambon. Gong Perdamaian itu diletakkan tepat di tengah Kota Ambon, bekas Pasar Pelita yang kena kebakaran saat konflik 1999. Kehadiran Gong Perrdamaian bisa menjadi salah satu pertanda perhatian semua pihak tanpa kecuali dengan konflik sosial yang pernah terjadi di Ambon Provinsi Maluku.  .
Tulisan ini adalah salah satu model bagi siapa saja yang pernah tinggal, atau bertugas, berusaha, pernah berekreasi wisata di Kota Ambon. Cerita indah Kota Ambon harus lebih digelorakan. Apresiasi perlu diberikan kepada siapa saja yang pernah, sedang dan akan melakukan promosi damai yang tiada henti untuk Kota Ambon. Semua pihak harus mengalihkan isu dari provokasi untuk membuat kondisi Ambon kembali tidak kondusif. Hal ini bisa sangat membantu proses jangka panjang nasib masyarakat di Ambon.
Promosi positif tentang kondisi Ambon sudah dan sedang saya optimalkan ke media sosial Kompasiana. Saya mengimbangi tulisan panjang tentang kematian Gayatri Welissa. Gayatri mulai terkenal di publik karena mampu berkomunikasi dalam beberapa bahasa asing. Sangat disayangkan kematian Gayatri Weilissa bertahan dengan polemik "terlibat BIN". Perempuan sederhana yang saya pernah temui langsung saat ia masih duduk di kelas SMP Negeri 2 Ambon itu adalah aset unggul masyarakat Ambon. Mencari dan membibit Gayatri baru menjadi pekerjaan rumah.
Saya pernah berkomunikasi langsung dengan Gayatri dalam Bahasa Inggris. Saya harus mengakui kemampuan almarhumah bukan hanya dalam berkomunikasi, namun penampilan penuh percaya diri di depan kelas punya daya ekspresii. Belakangan saya tahu kalau Gayatri akhirnya lolos dalam seleksi kongres, konfrensi anak hingga pemilihan pemimpin muda. Berbagai ajang even dan momen di daerah lah yang memberi kesempatan Gayatri melaju ke jenjang even dan momen nasional hingga internasional.
Di tulisan ini akan bisa terungkap daya sigap saya mengantar beberapa anak Ambon tampil ke pentas nasional. Saya masih menyimpan kenangan disaat mendampingi Esti Ipaenim, kini menjadi mahasiswa program master di China. Esti mendapat tempat istimewa karena terpilih dari jenjang sebagai Duta Anak Indonesia sampai Duta Pemimpin Muda. Ingatan masih kuat disaat saya mengantar Esti mengikuti diskusi terbuka memperingati Hari Anak Nasioonal 2001 di aula militer Yon 733 . Saya masih menyimpn foto Esti saat masih SMP mampu tampil bicara dalam forum seminar pendidikan tingkat lokal. Dokumen asli Pengurus aktif OSIS SMA Alternatif (SMA 11) itu di koran Kompas masih tersimpan. Hingga kini saya masih berkomunikasi dengan Esti via facebook.
Berbekal kepedulian dengan kondisi Ambon, khususnya dengan dunia anak membuat saya mendapat ruang untuk mudah dan diterima oleh siapa saja di Kota Ambon. Abu Silawane, siswa MTsN Batumerah Ambon yang terpilih dari seleksi Forum Anak Daerah Maluku tahun 2012 untuk mengikuti Kongres Anak 2012 di Batam. Dalam ajang seleksi itu pula saya terpilih sebagai pendamping Forum Anak tahun 2012 di Bandung. Pengalaman mengikuti ajang serupa sudah saya ikuti sejak tahun 2010. Saat itu anak yang saya dampingi, Zuchairah Faradilla Sangadji, sempat lolos di dua ajang pertemuan anak tingkat nasional pada tahun yang sama. 3 bulan dipenghujung masa tugas di MTsN Batumerah, kembali saya dampingi seorang siswa lolos menjadi juara I Lomba Menulis Artikel Budaya se-Indonesia.
Sepak terjang apa yang sudah saya lakukan di Kota Ambon tidak boleh sampai di tulisan ini. Siswa dan anak-anak yang saya temui di Maros sudah dan sedang bisa turut merasakan keadaan teman-teman seusianya di Ambon. Keberhasilan saya mendampingi anak di daerah rawan konflik bisa menjadi terobosan buat perbaikan layanan partispasi pemerintah dan masyarakat kepada anak. Kita semua harus menyambut inisiaitif monumental sejak dari hadirnya Tugu Gong Perdamaian di Ambon hingga yang terkini karya kreasi Glenn Fredly lewat film yang menggambarkan pesan perdamaian di Ambon lewat sepak bola.