"Di bulan puasa kita kan serba terbatas melangkah, bahkan merasa tertahan. Tidak mungkin kita akan bisa melakukan hal yang "lebih" di bulan yang hampir semuanya serba "kurang" itu." Ilutrasi saya disaat masih usia SD
Tinggal selangkah lagi kita memasuki bulan suci ramadhan. Di bulan yang dianggap istimewa, bahkan menakjubkan ini masih ada saja yang menimbang kurang lebih dan atau lebih kurang. Masih dianggap wajar alias manusiawi bila menghadapi suasana hati seperti di atas dalam menghadapi bulan suci nan mulia itu.
Bila diperinci hitungan kurang lebih lebih besar pada porsi menghitung serba jumlah(kuantitas) . Selalu menghitung hari berpuasa, berapa lama lagi jelang buka puasa, berapa menit lagi menjelang imsak, menghitung jumlah rakaat disaat shalat tarawih. Sedangkan lebih kurang lebih mengarah kepada pemanfaatan sisi kualitas berpuasa. Persipan matang sudah disiapklan menjelang hari 'h' puasa ramadhan. Mengintrospeksi diri lewat kunjungan silaturrahmi, ziarah kubur keluarga, melakukan pemberisihan diri, rumah dan lingkungan.
Saya mengutip khutbah Jumat dua hari lalu tentang dua hal yang terkait dengan pembersihan diri. Pembersihan jasmani dari najis dan kotoran perlu segera dibenahi. tapi tidak kalah penting pembersihan rohani akan lebih punya dampak startegis dalam persiapan menjelang menjalankan ibadah puasa. Salah satu pilar pembersihan rohani adalah pelurusan niat,
Kita tetap saling harus menjaga rasa saling koneksi dan berbagi di bulan menahan diri ini. Di bulan yang menjadi jembatan akselerasi peningkatan ibadah (hablun minallah) dan hubungan sesama manusia dan alam (hablun minannas). Saya ingin mengucapkan selamat berpuasa bagi kompasianer, dan atau siapa saja yang membaca tulisan ini (bagi yang menjalankannya).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H