Pesona menakjubkan: Irwan Thahir Manggala - Â Terlebih dulu saya ingin mengucapkan rasa duka yang sedalam-dalamnya atas musibah jatuhnya pesawat Hercules (30 Juni 2015)di Medan. Semoga pihak terkait, khususnya keluarga yang ditinggalkan akan tabah menerima cobaan. Tulisan ini bisa mengimbangi para calon penumpang peswat (semua jenis pesawat) untuk dapat lebih memaknai rasa bepergian dengan pesawat terbang. Bagi yang belum pernah berpesawat - apalagi yang akan menempuh mudi lebaran - bisa mencerna baik-baik tulisan ini.
Â
Saya menyaksikan langsung masalah berpesawat - yang pertama dialami oleh istri, anak-anak saya dan kedua dialami Pahmin Kaisupi, adik binaan saya di Ambon. Istri dan anak-anak saya berangkat dari Ambon ke Makassar (sayang waktu tepatnya saya lupa) mengalami gangguan teknis. Masalah ini sempat berkepanjangan karena jadwal penerbangan Lion Air (waktu itu) sempat berubah-ubah sebanyak 3 sampai 5 kali. Masalah bermula karena pesawat yang ditunggu - sesuai jadwal tiba di Ambon sangat terlambat. Awalnya sesuai jadwal adalah waktu siang, berlanjut tiba sore, namun tertunda lagi hingga malam hari. Lebih menyakitkan lagi, istri dan anak-anak yang sudah sangat lelah sempat naik pesawat. Namun disaat saat pesawat berputar untuk masuk dalam pacu take off(lepas landas)- tiba-tiba pesawat kembali masuk ke area parkiran pesawat. Ternyata pesawat mengalami masalah gawat.
Penangannan situasi genting begitu sempat diatasi pihak manajemen Lion Air. Namun terkesan kurang tanggap dan tidak tuntas. Penumpang yang batal/tertunda berangkat itu disediakan penginapan di Hotel Aman dan Hotel dekat bandara Pattimura. Pada esok harinya masih ada situasi tegang, karena penumpang yang lain masih ada saling berseteru dengan kelompok yang juga kepingin berangkat dengan pesawat sejenis. Saya sempat mengambil posisi mengantisipasi masalah cancel/delay berangkat. Saya bersikap dalam sigap untuk tidak meninggalkan area bandara Laha hingga  pesawat lepas landas.
Pengalaman kedua dari Pahmin Kaisupi, adik binaan saya di Ambon. Pahmin terbang dengan pesawat dari Makassar menuju Ambon(saya lupa penerbanganpesawat mana). Mian, begitu panggilan akrab mahasiswa IAIN Ambon itu biasa dipanggil, pesawat yang ditupangi ternyata harus berbalik ke Makassar.Keadaan Pahmin tidak separah keadaan yang dialami istri dan anak-anak saya (cerita di atas). Tapi keadaan yang sama - yakni Pahmin harus balik ke Kota makassar dan bermalam di salah satu hotel daerah arah jalan Pantai Losari Makassar.
Semoga cerita tentang bagaimana masalah penerbangan di atas bisa menjadi cermin buat kita semua. Apalagi tingkat keberangkatan disaat jelang mudik lebaran akan meningkat. Bisa saja peristiwa musibah jatuhnya Hercules(30 Juni 2015) di Medan menjadi cermin. Sekali lagi saya ucapkan Innaa Lillaahi Wainnaa Ilaihi Raajiuun buat korban musibah pesawat Hercules. Salam hormat saya buat keluarga yang ditinggalkan.
pattunuang 1 Juli 2015
   Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H