[caption id="attachment_186719" align="aligncenter" width="300" caption="Tidak Jadi Mendarat (situs sriwijaya)"][/caption]
" Para penumpang sekalian , akibat gangguan jarak pandang dan demi keselamatan kita bersama, pesawat tidak bisa mendarat di bandara Pattimura Ambon dan kita kembali lagi ke bandara Sultan Hasanuddin di Makassar. Kami atas nama Sriwijaya Air meminta maaf atas ketidaknyamanan ini. Dimohon pengertiannya. demi keselamatan." Begitulah ungkapan kapten Alex, pilot Sriwijaya Air yang saya tumpangi tadi siang.
Saya menghitung ada lima kali pilot dari awal memberi sinyal info tentang keadaan penerbanagan. Salah satu ucapannya yang melegakan, " Penumpang sekalian, diakibatkan cuaca yang buruk mengakibatkan beberapa penerbangan yang lain tidak bisa mendarat dan balik, tetrmasuk pesawat VVIP." Tentunya pesawat VVIP (very very important person) adalah bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama rombongan yang menumpangi pesawat Garuda Indonesia dalam rangka kunjungan pembukaan MTQ Nasional ke-XXIV di kota Ambon. Pesawat Garuda Indonesia yang mengantar bapak Presiden SBY yang mengalami gagal mendarat di bandara internasional Pattimura di Ambon juga berbalik ke lapangan udara Sultan Hasanuddin di Makassar. Berarti ada tiga pesawat yang berbalik; Garuda Indonesia, Sriwijaya Airline, dan Batavia. Pesawat Lion yang biasanya berangkat dari Makassar pada jam 12.10 akhirnya juga tertunda berangkat pada jam 14.50(wita) - diantara keberangkatan Batavia jam 14.30(wita) dan Sriwijaya jam (15.20). Pengalaman Berharga Akibat tidak bisa mendarat di Ambon, pesawat kebanggan negara itu balik ke Makassar. Pesawat Presiden parkir di bandara lama Sultan Hasanuddin. Pesawat itu pula yang diberangkatkan lebih awal, sebelum Batavia, Lion dan Sriwijaya. Sangat banyak penumpang Sriwijaya sebagai bagian rombongan kafilah MTQ. Bahkan, teman sederetan tempat duduk saya akhirnya tidak jadi melanjutkan penerbangan ke Ambon. Pesawat Sriwijaya Airline tiba (kembali) ke Makassar pada pukul 13 (wita). Sesuai isyarat pilot saat masih di tengah perjalanan, penumpang akan mendapat penjelasan lebih lanjut menjelang tiba di Makassar. Setiba di Makassar, pemberitahuan datang dari pramugari, menyatakan penumpang agar melapor ke ruang tunggu. Penumpang disuruh agar membawa semua barang bawaan, dengan alasan pesawat akan dibersihkan. Saya dan mungkin sama halnya bagi banyak penumpang lainnya merasa tegang. Ketegangan itu bukan hanya soal bagaimana nanti setelah tiba di Makassar. Pikiran dan pertimbngan saya banayk muncul. Ini adalah pengalaman pertama mendapatkan penundaan pemberangkatan akibat cancel (cuaca buruk). Saat di pesawat terpetik pikiran, apakah jadwal pemberangkatan tetap dilanjutkan atau ditunda besok hari. Untunglah, karena melihat ada penumpang pesawat lain akhirnya bisa jadi penyeimbang rasa ragu dan bertanya-tanya. Kronologis Gagal Mendarat Tepat jam 18.00 (6 sore witim ) pesawat Sriwijaya Airline dengan nomor penerbangan SJ592 yang saya tumpangi  dari Makassar tiba di Ambon. Menjadi pemandangan menakjubkan karena baru pertama kali selama hampir 30-an tahun di Ambon saya baru melihat langsung deretan empat pesawat di bandara Pattimura Ambon. Tentunya pemandangan yang dahsyat itu tidak mungkin ada kalau tidak terjadi gangguan alam. Kapten Alex didampingi Co Pilot Lucas sudah mengarahkan penumpang secara tepat.Hanya ada beberapa poin yang mengganjal ketidaknyamanan dengan layanan penerbangan dengan Sriwijaya Air: Pertama, Pilot sempat berbicara disaat awal pemberangkatan, selain menggambarkan ketinggian pesawat dari atas laut, juga sempat menjadwalkan jam tiba di Ambon. Termasuk memberi sinyal kalau cuaca di Ambon cukup cerah. Sudah mendekati posisi bandara pilot memberi isyarat jarak dekat untuk mendarat - juga diulangi pramugari (malah tinggal 10) menit. Karena jadwal awal pilot mengatakan kalau jam 12.20 adalah jam mendarat di Ambon. Namun tiba-tiba ada pemberitahuan kalau terganggu jarak pandang. Pesawat harus kembali ke bandara Sulatan Hasanuddin Makassar, demi alasan keselamatan. Kedua, saya tidak melepas diri sepenuhnya kalau jeratan rasa trauma masih tertanam. Beruntunglah kelegaan saya masih terimbangi saat mengingat salah satu pembicaraan isyarat dari pilot kepada penumpang yang benar-benar bisa melegakan( lihat pengantar di atas). Ketidaknyamanan saya muncul saat penumpang turun dari bus pengantar di teras bandara Sultan Hasanuddin. Tidak tampak layanan prima dari staf Sriwijaya Airline untuk mendampingi arah kemana selanjutnya. Setahu saya kalau bandara Sultan Hasanuddin adalah bandara besar (internasional). Muncul pertanyaan, dimana para petugas Sriwijaya yang banyak itu. Saat masuk ke ruang lantai satu bandara, hanya ada satu orang yang mengarahkan untuk naik ke lantai dua untuk melapor. Penampilan layanan petugas Sriwijaya itu tidak seiring performance Khas Sriwijaya, seperti yang diarahkan Presiden Direkturnya (lihat falsafah layanan Sriwijaya). Secara umum selama masa menunggu pemberangkatan lanjut, Sriwijaya tidak memberi layanan prima. Saya bersama beberapa penumpang seperti merasa diabaikan - kami merasa berhamburan. Saya tidak menemui satu petugas Sriwijaya yang (sebaiknya) menggunakan toa(pengeras suara) untuk mengambil kotak kue. Mungkin saja pertimbangan Sriwijaya hal "musiabah kecil" seperti ini biasa saja. Okelah, tidak apa, cuma saya penasaran, kalau kegalauan para penumpang itu sangat strategis; jumlah penumpang yang full, ada agenda nasional yang akan diikuti para penumpang. Sekali lagi kami para penumpang merasa trauma. Lihat saja penerbangan kedua, dengan cuaca yang masih berawan - masih ada penumpang yang meragukan kita akan sampai ke Ambon. Ketiga, hal ini mungkin sudah ada, soal standar pelayanan seperti kejadian serupa di atas. Saya sendiri yang sudah sering naik pesawat belum pernah mendapatkan informasi perihal penyikapan dari instansi penerbangan (mana saja) secara tertulis. Apakah perlu membuat semacam panduan tambahan bila ada pesawat yang mengalami cancel/tidak jadi mendarat. Satu contoh sederhana, bagaimana kalau ada penumpang yang menagalami shock, dimana posisi layanan medis. Saya berpikir sederhana kenapa tidak ada semacam tim anti bencana dini (early system) di dunia penerbangan. Kalau pun sudah ada, dimana para konsumer pesawat bisa mendapatkannya. Okeylah, kalau pihak Sriwijaya berpikir hal seperti bukan wewenangnya, nah dimana koordinasi dengan pihak pengelola bandara. Saya membaca habis tulisan tentang profil Sriwijaya di edisi majalah Sriwijaya In Flight Magazine Saya ingin mengingatkan simbol menakjubkan dari Sriwijaya 'Your Flying Partner' harus ditegakkan. Saling Berhubung Seraya Berbagi Tulisan ini bisa dianggap sebagai tulisan kirim saran. Anggap saja surat kecil buat Chandra Lie, Presiden Direktur PT Sriwujaya Air. Saya dan banyak orang percaya kalau layanan snack dan landing nya lumayan baik. Saya adalah pengguna setia Sriwijaya Airline. Penambahan armada hingga menghadirkan Boeing B737-800NG sebaiknya seiring dengan layanan hal "tak terduga" juga. Bayangkan, kalau representasi penumpang bersama saya tadi bersala dari berbagai pelosok nusantara. Bagaimana pula kalau bapak Presiden SBY juga membaca tulisan saya ini. Kalau pihak Sriwijaya Airline ingin menanggapi, saya berterima kasih. Saya menginspirasikan adanya "ketidaknyamanan" jangan didiamkan, atau disampaikan dengan "tidak bertanggungjawab". Saya memberi penghargaan atas perkembangan sarana dan sikap filosofisnya. Disinilah, saya pengguna yang ada dibawah - yang merasa, melihat langsung. Sriwijaya telah memberi warna baru di dunia dirgantara Indonesia. Bapak Presiden SBY akan mencatat kalau Sriwijaya juga telah menghadirkan kafilah MTQ ke negeri seribu pulau. Saya pun akan bercerita panjag kepada masyarakat Ambon - kalau di bandara Pattimura tadi ada pameran dirgantara. Percaya deh, pajangan empat pesawat tadi (magrib) tidak kalah gegap gempita lampu yang saat ini menyemarakkan pembukaan MTQ Nasional XXIV di lapangan Merdeka kota Ambon. Buktinya, saya tidak merasa capek walau seharian 'jet leg'. Malah penerbangan gratis dua kali Makasar- Ambon tadi dengan Sriwijaya kian menyemangati saya untuk menyaksikan gala akbar : pertandingan EUFA EURO 2012 di Polandia-Ukraina. Catatan: Tulisan bisa jadi pelengkap sekaligus perbaikan tulisan saya sebelumnya: Beberapa Pesawat Gagal(Tertunda) Mendarat di Ambon (Kompasiana/ Berita/Metro)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H