[caption id="attachment_200528" align="alignright" width="180" caption="(sumber: http://lemarihobbybuku.blogspot.com)"][/caption]
Hiking Girls (Petualangan Seru Cewek-Cewek Korea di China)
Oleh Kim Hye Jung
Diterjemahkan oleh Dwita Rizki
Penerbit Atria (Serambi)
Cetakan I, Agustus 2012
Tebal 275 halaman
Harga Rp39.000,00
ISBN 978-979-024-392-7
Hiking adalah kegiatan yang sangat menyenangkan, bukan? Apalagi, jika dilakukan bersama teman-teman atau keluarga. Hati senang, pikiran pun akan terasa segar dan fresh kembali, dan tentu saja menambah kedekatan kita dengan teman-teman serta keluarga tersayang.
Akan tetapi, bukan hiking seperti itulah yang dialami dua gadis tokoh utama di novel Hiking Girls ini. Karena enggan masuk penjara anak-anak, Lee Eun Sung dan Joo Bo Ra harus berjalan kaki sejauh 1.200 km di dataran Cina sebagai ganti hukuman atas kesalahan mereka. Tanpa ponsel, tanpa hiburan, tanpa kendaraan apa pun.
Eun Sung dihukum karena ia meninju seorang kawan sekolahnya. Orang tua anak itu tidak terima anaknya diperlakukan demikian, dan menuntut agar Eun Sung diberi hukuman berat. Sementara Bo Ra adalah anak yang terlihat pendiam dan penurut. Saking penurutnya, para seniornya di sekolah malah menindas Bo Ra dan menyuruhnya berbuat hal-hal sebenarnya tak ingin dilakukan gadis malang itu. Sebagai wujud pelarian dan untuk menghilangkan depresinya, Bo Ra malah mencuri. Akibatnya, ia semakin dikucilkan kawan-kawannya. Tindakan itu pulalah yang membuat Bo Ra harus menempuh perjalanan bersama bersama Eun Sung.
Dalam perjalanan selama (kurang lebih) 70 hari ini, Eun Sung dan Bo Ra dipandu oleh seorang petugas dari Pusat Perlindungan Anak bernama Mi Joo yang galak, cerewet, tetapi diam-diam perhatian. Selama itulah mereka harus menghadapi berbagai ‘tantangan’ kehidupan. Misalnya, ketika Bo Ra membenci Eun Sung karena ia mengingatkannya akan anak-anak yang sering menindasnya. Namun, Eun Sung yang sama sekali tidak peka tentu tidak menyadari hal tersebut. Ia malah menganggap Bo Ra anak yang tak tahu diuntung, sebab ia sudah menyelamatkan Bo Ra dari anak-anak yang mengganggunya di perjalanan. Akan tetapi, Bo Ra malah berkata bahwa ia tidak butuh bantuan dari anak seperti Eun Sung. Hmm.
Dapatkah mereka menyelesaikan perjalanannya?
Hiking Girls berbeda dengan novel-novel remaja Korea lainnya (baik yang berasal dari penulis Korea mau pun penulis lokal) yang mayoritas berkisah tentang cinta/romance. Kisah dalam novel ini menitikberatkan pada pergolakan batin para tokoh utama, yakni Eun Sung dan Bo Ra. Eun Sung, sebagai anak yang lahir di luar pernikahan, kerap diganggu dan diledek anak-anak seusianya. Ia pun memilih jalan kekerasan untuk menyelesaikan masalahnya. Belum lagi, di rumah hanya Nenek Eun Sung-lah yang peduli padanya, sementara sang Ibu cenderung cuek dan tak mau tahu kondisi putrinya.
Lain lagi dengan Bo Ra. Ia memilih jalan yang salah untuk menghilangkan depresinya, yakni dengan mencuri dan bahkan sempat melakukan percobaan bunuh diri. Ditinjau dari sisi psikologis, tentu kedua anak ini ‘sakit’ dan seharusnya mendapat perlakuan khusus.
Eun Sung dan Bo Ra di dalam novel ini adalah bukti bahwa seharusnya remaja tidak boleh lepas dari perhatian orang tua. Masih banyak orang tua yang menganggap anak-anak remajanya sudah dewasa dan tidak perlu diperhatikan seperti anak kecil lagi. Padahal, remaja tetap membutuhkan perhatian dan bimbingan dari orang tua. Bentuk perhatiannya tentu saja tidak hanya berupa perintah dan larangan, tetapi lebih mengarah ke pendekatan emosional dengan mengajaknya berbicara dan berdiskusi. Niscaya, anak akan lebih terbuka kepada orang tua akan masalah yang sedang dialaminya. Dan tentu saja, perkelahian, kekerasan, atau penindasan bukanlah jenis ‘jalan keluar’ yang akan dipilihnya.
Hiking Girls bukanlah sekadar novel petualangan (subjudulnya kurang tepat nih), tetapi juga merupakan novel tentang perjalanan mencari jati diri para remaja. Mudah-mudahan, kita bisa mengambil banyak pelajaran hidup dari novel yang diterjemahkan langsung dari bahasa Korea ini.