Mohon tunggu...
aditya ferry
aditya ferry Mohon Tunggu... -

belajar mencintai sekaligus belajar untuk tidak dicintai Petani gurem l bakul buku Klaten-Jogja-Bogor

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Curhat Sebutir Telor

25 Februari 2013   15:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:42 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

kurang berjasa apa bapak??
pagi-pagi buta sudah membangunkan orang-orang sekampung, menyemangati pak tani-pak tani yang pergi ke sawah. Sungguh, sebuah kemuliaan hidup tak terkira aku kira, haha..
hanya saja terkadang ia terpaksa bertarung menuruti naluri hewaninya, tapi brengseknya ada juga manusia-manusia itu memaksanya bertarung. jago itu ya bertarung, jagoan itu petarung sejati, ahh aku muak istilah jago itu diidentikan seperti itu.
sedangkan ibu??
wuiih, dialah yang melindungi kakak-kakakku dari mara bahaya ketika masih sangat rentan. membantu mencarinya mereka makanan, meski kadang harus terima usiran seblak, sampai lemparan kerikil karena nyelonong ke jemuran gabah samping kandang.

banyak sudah saudara ibu yang dijadikan makanan manusia. tapi tak apalah karena itulah puncak kemuliaan bagi makhluk sejenis kami. Tuhan menciptakan kami untuk kebutuhan hidup manusia.
banyak saudara yang dikirim ke pasar, swalayan, warteg sampai sekelas kfc atau AW.

jasa ibu padaku??
hangatnya menentramkanku, dalam masa pengeraman ini, aku sangat butuh ia sampai aku bisa menetas nanti. meski kakak dan adik-adikku beberapa juga tak ditetaskan manusia, mereka disantap tanpa berwujud ayam. diaduk, dicampur daun bawang dan masuk penggorengan. tak apalah itupun sudah mulia bisa memenuhi hajat manusia,

sampai saatnya akupun diambil, padahal aku pun belum menetas. ah, biarlah aku berserah. entah manusia membawaku kemana.
jauh, dan lebih jauuh..

dan aku pecaaah, tapi
ups, kenapa aku berada di rambut seorang wanita, lurus wangi pula.
di sekelilingku muda-mudi di sekitar kepala ini bergelak tawa senang, apa mereka tengah menikmati ke'pecah'anku dan beberapa telor bersamaku??
aku dengar
happy birthday to you
happy birthday to you
berulang kali, sampai aku bosan mendengarnya, tak lama wanita ini membasuh rambutnya, aku terbawa air, masuk pipa, gelap dan ternyata banyak sampah..
aku terbuang, apakah ini sebuah puncak kemuliaan?? kenapa terdengar sangat tidak menawan.

ya Tuhan, apa dosaku?? aku ingin menjadi berkah, tapi ah mungkin inipun juga sebuah kemuliaan untuk menuruti hajat manusia agar senang demi sebuah lagu
happy birthday to you :)

***
mungkin cerita ini terdengar lebay, tapi saya hanya ingin berpesan saja perlakukan makhluk semestinya, jangan belum lahirpun sudah disia-sia..
seremonial ulangtaun dengan pecah telur itu katrok, dan tak berperikehewanan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun