Â
Hujan di Bulan Juni
Sering kali cinta tidak tinggal dengan pemiliknya,
Ia berkelana di antara kenangan dan harapan,
Menjadi semburat lembut yang tak pernah sirna,
Meninggalkan rasa mendalam meski terpisah oleh jarak yang dalam.
Perasaan itu tetap hidup, menyentuh jiwa dalam diam,
Seperti hujan di bulan Juni, mengejutkan dan terasa kelam.
Memang cinta juga berganti warna,
Dari merah menjadi abu, bukan rahasia sang buana.
Kisah yang tertinggal, seperti rinai di pagi hari,
Rindu yang tak pernah padam, meski terhapus dalam redum yang menyelimuti.
Cinta ini, walau lindap, tetap menjadi bagian,
Dari cerita kita yang penuh makna, takkan hilang dalam harapan.
Seperti angin yang berbisik di sore itu,
Saat kau ingin lepas dari jeratku,
Kau pergi membawa separuh jiwaku,
Meninggalkan kenangan terpatri dalam hati yang takkan pudar.
Setiap desahnya mengingatkanku pada hadirmu,
Namun aku hanya bisa merelakan, meski hati terasa hampa dan pilu.
Â
Puisi ini adalah ungkapan hati bagi kalbu yang mengajarkan cinta meski pahit. Seperti hujan di bulan Juni, kehadirannya mengejutkan; menghidupkan lahan gersang hati yang sepi dan menyisakan kesedihan saat pergi. Ia menjadi bayangan dalam kenangan, terpatri dalam jiwa, meski tersapu oleh kenyataan. Persembahan untuk jiwa yang pernah menyentuh dan terjaga dalam kedalaman nurani. 3/1/25
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H