Mohon tunggu...
wati soegijono
wati soegijono Mohon Tunggu... -

Hanyalah..seorang perempuan yang mencoba melompat diluar aktifitas pekerjaannya yang rutin di sebuah Kementerian ttt . Berminat pada hal-hal yang bersifat sosial, pendidikan, lingkungan hidup, usaha kecil, traveling, cooking dan banyak hal lainnya!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hati Tulus Asisten Ayahku yang Seorang Keturunan China (Bagian 1 dari Catatan Kisah Hati Warga Keturunan)

17 Juni 2010   11:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:28 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa  waktu lalu begitu semaraknya perayaan "Gong Xi Fa Cai", padahal  dulu amatlah  jelas sebelum era "Gus Dur" akan ada kaum minoritas keturunan China dapat melakukannya bukan!!!  Kemeriahan itu  membuat kilas balik ingatan saya  tertuju pada hal-hal yang bersifat hubungan antar manusia yang penuh dengan nilai-nilai kemanusian serta hubungan  manusiawi  yang terjalin  sekian tahun  lamanya  dengan beberapa orang dari kalangan  warga negara Indonesia keturunanan China tersebut terlintas kembali.   

    

Kenapa saya ingat akan "jasa/peranmereka itu?    Karena dengan tangan-tangan mereka lah saya sangat terbantu secara  tidak langsung melalui  sisi-sisi lain hubungan manusia yang mungkin kelihatannya sangat biasa dan sepele  tapi begitu "luar biasanya"menyentuh batin saya .      Herannya semakin lama peristiwa ini lewat membuat,  saya semakin merasa mempunyai kenangan pembelajaran batin tersendiri  sebagai seorang muslim atau  bahkan jika dilihat dari sisi kulit bangsa yang berbeda(Melayu-Ind).

 

 Ternyata pembelajaran batin itu tidak pernah saya bayangkan sebelumnya… apalagi jika isu pembauran  warga pribumi dan non pribumi dijadikan hal yang kontra maka  bagi saya  akan berbalik menjadi pro akan hal tersebut (Insya Allah).  Meskipun “beberapa orang yang ingin saya ceritakan ini”  tidak selalu berinteraksi  sering atau bahkan dekat sekali  dengan saya.

 

“Flashback”  pertamayang terlintas dalam ingatan saya, memang berinteraksi sangat intens dan dekat dengan keluarga kami….dia adalah  Lelaki  berwajah  keturunan China yang  sangat “njawani”.    Tentu saja saya lebih menghormati dengan sebutan  “beliau” dari pada “dia”.  Perilaku   yang sangat “njawani” itu memang memang didasarkan asal  beliau yang dari pesisir utara di salah satu kota di Jawa Tengah  dan  tentu saja yang cukup membedakan hanyalah fisiknya yang memang masih tampak garis-garis keturunan tersebut…! 

 Tutur katanya halus, sopan, sabar dan tidak merasa sebagai China keturunan (Itu kata saya) dan  dia tidak beragama Kong Hu Chu sebagaimana layaknya keturunan China tetapi beragama Nasrani yang cukup taat.       Walau secara fisik kecil dan pendek tapi kelincahannya  sebagai seorang “sopir” sewaan tidak tertandingi  sekalipun dengan bawaan mobil tuanya.

 

Beliau bertahun2 lamanya bahkan seingat saya sudah belasan tahun mengantar ayah  kami kemana dia pergi dan keluarga kami bila ada keperluan (Memang ayah  saya orang yg tidak mau memiliki kendaraan sendiri karena katanya pernah “trauma”bukan karena tidak bisa membeli tapi tidak mau membeli, hal ini terbukti dari asset tidak bergerak ayah yang cukup banyak berupa tanah).   Ayah lebih senang memanfaatkan atau mempekerjakan orang yang punya kendaraan.       Seingat saya, sang sopir  ayah itu,  tidak pernah tidak masuk karena  sakit atau lelah,  bahkan tersinggung apalagi risih  sebagai warga  Keturunan China yang  bekerja untuk Pribumi seperti kami.   Berangkat pagi dan sudah “standby”  didepan rumah  sudah menjadi hal yang rutin,…walaupun ayah kami berangkat siang atau pagi dalam beraktivitas kemana saja tetap setia menanti.  (maklum ayahku sebelum dan setelah pensiun  berwiraswasta, sehingga  membuat jadwal  kegiatannya menjadi tidak menentu) 

 

 Saya ingat sekali beliau selalu membukakan pintu mobil ketika kami (siapapun diantara keluarga)  akan masuk atau turun kendaraannya.    Apa yang dikerjakan beliau juga lebih dari sekedar seorang sopir… seperti  setiap ada hal  diluar konteks mengantar tidak pernah beliau hanya sekedar “berkegiatan”itu saja!   Misal ketika kami atau ayah kami belanja..belanjaan selalu dibawakan pula, ketika saya kuliah di Yogya kira-kira 20 tahun lalu… saat  saya harus naik kereta api, beliau pula yang mengantar ke stasiun..., bila tiket habis atau belum didapat beliau selalu mencarikan, padahal Ayah saya saja tidak pernah mengantar membeli tiket apalagi mengantar saya ke stasiun.

 

Pekerjaan diluar fungsinya membuat beliau tidak ada batas lagi dan layaknya seperti  bagian dari  keluarga kami padahal Ayah kami tidak pernah  memberikan imbalan yang berlebih-lebihan  tapi hanya sekedar pengganti bensin, dan uang lelah saja.    Sebenarnya ada banyak sekali bentuk “ke-ringantanganan” beliau yang tidak bisa satu persatu saya ungkapkan dan  sampai kinipun saya hanya bisa bertanya-tanya apa yang membuat ia begitu setia pada Ayah saya dan saya tidak pernah  mengetahuinya sampai kini.

 

Seringkali  pula karena kendaraan tua maka ada saja gangguan mogok atau hal yang mengganggu terjadi tapi beliau cepat sekali menanganinya walaupun hanya mobil tua.   Fisik boleh tua sama tua dengan sang supir dan penumpangnya tapi..semangat boleh juga….tentunya!   Sekian tahun  dengan setianya mengantar  ayah kemana saja….sampai…ketika…Ayah kami sakit…..karena stroke ..beliau pula yang mengantar ke dokter saat itu  Ayah tiba-tiba ambruk dan tidak bisa berjalan.      Kemudian selang beberapa waktu setelah perawatan di rumah sakit ….ayah butuh perawatan 1 tahun dan tidak pernah beraktivitas keluar rumah lagi…  sampai ajal menjemputnya…dan kegiatan antar jemput itupun  terhenti  total   …tapi keberadaan ”sang sopir ayahku” tetap setia menjenguk jikalau beliau sempat.

 

Ironinya…ketika Ayah kami jatuh sakit karena stroke…terdengar rumor dari beberapa orang yang dekat keluarga kami bahwa  Ayah kami jatuh sakit mendadak karena ..Ayah telah tertipu oleh seseorang keturunan China pula …tetapi  bukan warga negara Indonesia…. setelah kejadian dimana Ayah mengeluarkan uang cukup banyak sampai menjual beberapa tanah kami demi usahanya membantu ..orang tersebut….yang ternyata bantuannya ….dibalas dengan  tipuan yang menyakitkan..!.

 

 Mungkin itu bukan kenangan yang baik buat kami dan  tidak perlu mengingat hal yang buruk dan telah lewat….Cuma ..yang kami ingat..khususnya saya….bahwa kebaikan dan ketulusan tidak datangdari suku bangsa tertentu yang sama dengan kitaatau sama dalam beberapa hal dengan kita seperti, golongannya, rasnya atau agamanya  sekalipun, bahwa hal-hal yang positif bisa datang dari mana saja, siapa saja, dan kapan saja akan menghampiri kita lewat jiwa-jiwa yang  menakjubkan.   Bahwasanya ada warga keturunan yang berbuat negative bukan berarti yang lain juga memiliki bentuk  kelakuan hal yang sama seperti itu!

 

Sungguh saya menyesal sekali… ketika tahun berganti tahun… setelah Ayah kami meninggal…tentu saja kami kehilangan kontak dengan beliau….! Sungguh menyesakkan lagi …ketika kabar beliau meninggal- “sang asisten “ ayah itu…, kami sekeluarga tidak tahu sama sekali … dan tanpa kami sempat berterima kasih pula atas pengabdian, bantuan dan ketulusannya..!

 

Begitulah kita umumnya…ketika hubungan silaturahmi terputus karena salah satu bagian  dari kita meninggal dunia…kita seakan lupa ada yang perlu dijalin kembali akan ikatan kekeluargaan itu!!   Sebelum kita menyesal tiada tara…telah kehilangan orang  yang sepatutnya diberi perhatian dan balasan yang layak.   Sampai hari ini…setelah 15 tahun Ayah meninggal…dalam hati saya terselip syukur, doa dan  harapan…semoga…. kebaikan “Sang Sopir sekaligus Asisten Ayahku” diberikan balasan oleh Yang Maha Kuasa…dan…semoga hadir  makin banyak pula orang-orang  dengan hati  seperti Beliau..!

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun