Mohon tunggu...
Wati
Wati Mohon Tunggu... Dokter - Medical Doctor

Passionate in Mental Health and Gender Equality

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Peningkatan Mental Illness pada Usia Remaja dan Dewasa di Bali sesuai Data Demografi di Klinik Jiwa

13 Desember 2023   07:33 Diperbarui: 13 Desember 2023   09:28 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009, terdapat beberapa kategori usia yakni sebagai berikut :

  • Masa balita usia 0-10 tahun
  • Masa kanak-kanak usia 5-11 tahun
  • Masa remaja awal usia 12-16 tahun
  • Masa remaja akhir usia 17-25 tahun
  • Masa dewasa awal usia 26-35 tahun
  • Masa dewasa akhir usia 36-45 tahun
  • Masa lansia awal usia 46-55 tahun
  • Masa lansia akhir usia 56-65 tahun
  • Masa manula usia 65 tahun ke atas

Pada data kunjungan pasien di salah satu klinik jiwa swasta di Bali, ditemukan bahwa jumlah kunjungan pasien jiwa di bulan November 2023 pada rentang usia 11-20 tahun adalah 7%, usia 21-30 tahun sebesar 42.4%, usia 31-40 tahun sebesar 21.9%, usia 41-50 tahun sebesar 8.2%, dan usia >50 tahun sebesar 10.7%. Dari data kunjungan pasien jiwa, dapat dilihat bahwa pasien di usia 21-30 tahun memiliki persentase terbesar mendatangi klinik jiwa, disusul oleh rentang usia 31-40 tahun.

Perbedaan persentase jumlah kunjungan dapat disebabkan oleh stressor lingkungan yang semakin meningkat, pekerjaan, keluarga, dan juga mulai munculnya kesadaran para remaja dan usia dewasa tentang isu mental health yang selama ini seringkali diabaikan oleh generasi sebelumnya. Generasi milenial dan generasi Z dianggap lebih vokal dalam menyuarakan mental issue dibanding generasi lebih tua yang cenderung mengabaikan dan menganggap orang dengan mental issue dengan cap "lemah" atau "cengeng".

Perbedaan pandangan antar generasi ini menyebabkan pro dan kontra pada masyarakat. Sebagian masyarakat memihak generasi muda karena dianggap berani menyuarakan hal yang sebelumnya dianggap tabu dan menormalisasi penyakit mental seperti depresi, bipolar, skizofrenia, dan sebagainya sehingga para penderita penyakit mental mendapat rangkulan dari masyarakat sebagaimana penyakit fisik dinormalisasikan. Sebagian masyarakat lainnya tidak memihak normalisasi penyakit mental karena dianggap hanya dijadikan alasan bagi sebagian orang untuk bermalas-malasan atau libur dari sekolah atau tempat kerja.

Peningkatan jumlah kunjungan pasien jiwa remaja dan dewasa menjadi titik balik dari kemajuan ilmu kesehatan jiwa karena semakin tingginya kesadaran para generasi muda untuk mencari pengobatan atau pertolongan sebelum berlarut dalam sakitnya dan sebagai tindakan preventif untuk mecegah progesivitas penyakit menjadi lebih parah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun