Mohon tunggu...
Alexia Cahyaningtyas
Alexia Cahyaningtyas Mohon Tunggu... -

Namaku Alexia Cahyaningtyas, nama lainku Kanjeng Mas Ayu (KMAy.) Pradaningtyas. Aku lahir di Jakarta tanggal 28 Februari 1987. Dari kecil memang hobinya apa saja yang ada hubungannya dengan seni. Suka nggambar, suka nyanyi, suka nari, suka ikut drama-drama di sekolah.Aku S1 di RMIT (Royal Melbourne Institute of Technology), Melbourne, Australia (lulus 2007), dan juga mengambil S2 di bidang Arts Management is universitas yang sama (lulus 2009). Blogku bisa dilihat di http://watatita.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sinetron.. Sinetron.. Sinetron.. Sinetron.. Tidaaaaaaaaaaaaaaaak!!

30 Oktober 2010   17:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:58 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_308887" align="alignnone" width="500" caption="Semuanya cengeng-cengeng nggak mendidik... haduh.."][/caption] Sinetron. Mendengar kata-katanya saja sudah membuat saya kesal. Sinetron sangatlah populer di saluran-saluran televisi Indonesia, dan ditayangkan seharian penuh. Secara terus menerus, otak warga Indonesia diisi dengan cerita-cerita hiperbolis, tidak masuk akal, dan tidak mendidik – walaupun sinetron-sinetron tersebut memberi contoh apakah itu perilaku baik atau perilaku buruk. Namun, cerita-cerita sinetron dapat dengan mudah mempengaruhi cara pikir para penontonnya. Memang terkadang menonton sinetron tidak ada salahnya, apalagi jika penonton sudah tahu ceritanya tidak mendidik dan tidak masuk akal. Tetapi sinetron juga dianggap sangat serius oleh banyak penonton, dan jalan cerita yang bisa memberi dampak negatif itu seakan-akan ‘realita’ untuk mereka. Karena sinetron sangatlah populer, banyak sutradara-sutradara menciptakan banyak sinetron-sinetron baru, seperti tiada habisnya, karena sinetron dijamin laku. Akhirnya mutu acara juga makin menurun, dari segi casting, sampai naskah yang terdengar… aneh. Sinetron akhir-akhir ini menayangkan banyak kekerasan yang bisa dengan mudah ditiru oleh anak-anak muda. Selain itu permasalahan percintaan dan keluarga yang dapat memberi pengaruh buruk pada kehidupan sehari-hari para penontonnya. Tayangan-tayangan bermutu seperti dokumenter sejarah, acara tentang seni fotografi, acara memasak, siaran langsung Wayang Golek/Kulit/Bali, siaran tarian tradisional, tidak se-populer sinetron. Bahkan tayangan Wayang Orang seringkali diundur, atau disiarkan sebagai tayangan paling akhir pada waktu larut malam (kalau begini terus, kapan anak-anak muda dapat menikmati Wayang Orang dari televisi?), sedangkan sinetron ditayangkan dari siang sampai malam… sungguh menyedihkan.. Paling tidak seharusnya sutradara-sutradara Indonesia bisa menciptakan serial televisi yang mendidik, yang memiliki mutu yang baik, dan jalan cerita yang unik. Indonesia memiliki banyak budaya, suku, bahasa, bahkan cara penampilan komedi yang berbeda – pergunakanlah dengan sebaik mungkin. Apakah selalu harus mengenai ibu tiri yang jahat, saudara jahat, saling membenci, perselingkuhan… nangis lagi… berantem lagi….? Saya percaya dengan sutradara-sutradara baru Indonesia, mereka pasti bisa menghasilkan karya yang bisa membuat bangga bangsa kita. Alexia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun