Mohon tunggu...
Wiyono Agungsutanto
Wiyono Agungsutanto Mohon Tunggu... Guru - Senyum sehat dan semangat

jadi guru sejak tahun 1995. Seneng nulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Uangku Uang Berkah

20 April 2024   20:25 Diperbarui: 20 April 2024   20:33 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pernah terjadi 26 tahun silam. Saat dolar meledak keras ada berkah saat  naik haji malah dapat tambahan  sangu. Ini gegera dolar meledak. Dari 2 ribu jadi 8 ribu!" Kata mereka yang saat itu  naik haji. Tahun 1998 dia benar dapat berkah dari dolar. 

Kini ada  kabar dari dolar meledak. Dan banyak yang heboh  yang membuat goncangan moneter kita. 

Bagi rakyat awam cuma sederhana, "Bisa makan wareg sudah oke!"Sederhana saja. 

Beda dengan mereka yang  kebutuhannya  banyak maka beban akan  terasa banget. 

Apalagi dari mereka yang bermain di dunia bisnis jelas  terpengaruh dolar yang menggelegar. Yha kembali di tahun 1998 terasa di dunia tekstil. Bnayak yang bangkrut. Namun juga ada yang untung. Sebelum dolar meroket perusahaan itu ada insting memborong bahan tekstil dan ditumpuk di gudang. Dan perusahaan itu lolos dari kebangkrutan.  Kebetulan dapat info tetangga yang kerja di pabrik itu.  

"Kata seorang ahli menyiasati agar tak terpengaruh dolar bisa dengan emas! Maka investasikan dengan emas batangan!" Kata mereka yang pintar. 

Dan ini digunkan oleh seorang yang mau naik haji. Ia kumpulkan kepingan emas dan setelah cukup dan bisa naik haji. 

Selaku rakyat biasa tak sejauh itu memikirkan  dampak ekonomi.  Yha sederhana dan mereka tidak  aneh-aneh kenutuhannya. Cukup makan warek saja. 

Baginya investasi sederhana dapat hidup bahagia. Walau dengan apa adannya dan tetap tenang dengan dolar yang demikian meroket. Dan kenalnya mata uang rupiah saja. Yha tampak kaget saat uang itu carinya sulit membuangnya buat belajanja tak ada nilainya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun