Senang bisa urus masjid. Bisa berjamaah terus. Kala mendirikan shalat lima waktu. Sebagaimana Mas Mino seorang marbut di desaku. Ia sejak muda sudah bersama masjid dengan aktifitasnya. Ngajar ngaji pada anak-anak dan bapak.Â
Tugas azan dan bersih-bersih masjid sudah jadi kebiasaan. Bahkan melekat di hati dan pikiran. Masjid jadi sentral hatinya. "Aku ada tugas rutin!" Ia berkata pada seorang tetangga yang mengajak makan-makan. Ia rela meningglakan dan izin karena harus menjalankan tugasnya.Â
Ada banyak berkah dari marbut. Hidupnya nyaman dalam masjid. Kesehariannya ditopang oleh masjid. Para jamaah sadar bila keberadaannya sungguh membuat masjid jadi rejo.Â
Jamaah menjadi nyaman saat shalat di masjid ini. Sudah bersih dan azan tepat waktunya.
Mereka adalah corong kebaikan. Dari aktifitas sehari-harinya menyerukan panggilan azan. Juga menyiapkan peralatan ibadah semacam gelar tikar. Juga membersihkan lantai dan tempat wudhu.Â
Hal demikian bisa saja bagi mereka yang terpanggil jiwanya untuk mencoba. Sebagimana Mas Adif yang jadi marbut di masjid sekolahnya dulu. Dan kini jadi dosen di UIN Pekalongan. Sebuah berkah yang tiada tara. Dari marbut dia jadi dosen.Â
Demikian juga marbut di desaku kini dapat nikah dengan putri desa. Dia seorang ustazah dan kini mendapatkan perumahan.Di kompleks masjid tempat menjadi marbut sejak muda dulu.Â
Tentunya semua dijalani dengan ikhlas demi cari ridha-Nya. SalamÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H