3bulan telah berlalu sejak aku mengenal pahitnya mencintai dan bertepuk sebelah tangan. Berbekal ketegaran dan sikap cuek, membuat aku mampu melalui hari kesakitan saat mata harus melihat kebohongan, melihat kenyataan bahwa sekarang aku sedang galau karena sosok cowok yang selama hampir satu tahun ini membuat senyum manis di bibirku. Dan sekarang saatnya kembali, ke sahabat-sahabat terbaik yang hampir tidak ada dalam bahagiyaku, bodohnya aku menyianyiakan mereka saat aku masih bersama Joshua cowok yang menyakitiku itu. Mentari menyambutku pagi ini, aku tersenyum mencoba melupakan luka yang selama ini mengarang di hatiku. Dan inilah waktu yang tepat untuk kembali menjadi sosok yang menyenangkan dan tidak membosankan.
“ zha, lu dah dateng ?” Tanya Erfi teman sekelasku, yang melihat aku sudah duduk manis di kursi.
“yaa… iyaalahh, emang lu tukang telat ..??” jawabku bercanda.
“lho Adek udah dateng?? Tumben..?” Neo menyaut dari arah pintu.
“hehehe, iya kak.. udah dari tadi. Issshh … adek lagi rajin kok malah di bilang tumben?” jawabku.
“dasar, ade nih. Udah bikin PR ?”
“udah lah, pasti kakak mau nyontek?”
“hahaha, bukan nyontek dek, tapi mau pinjem buat di salin di buku kakak”
“yaelah sama aja kali kak, hahahaha”
Nggak lama kemudian muncul satu makhluk cowok yang sok kecakepan dari arah pintu, sambil merokok dia berjalan kea rah kami.
“pagi..?” Sahut Tegar.
“lu gila yaa??kelas kita ini ber AC, lu malah ngrokok disini pula, keluar sana” kataku jutek.
“lu bawel banget sih jadi cewek, diem deh” jawab Tegar sembari duduk di kursi sebelahku.
Aku dan tegar sebangku, tapi bias di katakana kita ini seperti anjing dan kucing nggak bias akur, tapi kata teman-teman kita ini cocok, geli juga dengar mereka bilang begitu. Secara kita dari SMP memang nggak pernah akur sampai sekarang kita sudah masuk di kelas 3 SMA. Dan dari jaman SMP sampai sekarang kita selalu sebangku. Aneh juga sih berantem tapi duduknya sebangku terus. Tegar itu adalah tipe cowok jutek, nyebelin, ngeselin, tukang jail, playboy cap kucing garong dan semuanya yang jelek-jelek. Menurut aku Tegar itu nggak ada special-specialnya, selalu bikin orang marah-marah.
“ehh.. lu tuh dibilangin kok ngeyel banget sih, polusi tau nggak??”
“ohh yaa ?? polusi ? jangan sok jadi duta anti rokok gitu deh.”
“dasar kucing garong gila, ngesselin tau nggak !!”
“dasar nenek cerewet bawel”
“lu bilang apa barusan !! gw getok juga lu !!” kataku sambil mengangkat kotak pensil.
“berani getok gw cium” kata Tegar cool.
“idiihh najis gw di cium ama lu”
“yaudah , diem”
“awas lu ya”
“yaelaaahh mulai kan kalian berdua”sahut Neo masih sambil mengerjakan PR.
“ehh ada PR ya brooo?” Tanya Tegar .
“iya broo..”sahut Neo.
“pinjem dong broo..” kata Tegar sambil membuka buku tulisnya.
“nggak boleh…!!”sahut ku sambil melotot kea rah Tegar.
“ehh nenek cerewet. Lu pelit amat sih ama gw ?”
“BIARIN…!!”
“ahh bodo yang penting gw nontek”
“dasar kucing garong, ngerjain PR tuh di rumah bukan di sekolah”
“yang ngerjain PR siapa?”
“elu”
“gue kan ?? trus masalah buat lu?”
Saking asyiknya berantem sampai-sampai nggak sadar kalau teman-teman sudah pada dating dan duduk dibangku masing-masing, sambil ngeliatin tingkah laku aku sama Teagar. Serasa nonton acara FTV aja mereka.
Jam istirahat datang, enggan rasanya untuk keluar dari kelas. Males dan nyesek saat nanti kalau tiba-tiba aku keluar dan bertemu Joshua. Padahal yang lain sudah asyik berhamburan ke luar kelas.
“nggak ke kantin Zha?? Kata salah seorang temanku.
“iya nanti, duluan aja” Jawabku sambil tersenyum.
“oke, gw duluan ya?” katanya dan berlalu.
Perlahan aku keluar pintu, celingukan di depan pintu mencari seseorang yang sebenarnya tak ingin ku temui.
“hayooo!!! Ngapain lu celingukan disini?” teriak Tegar yang tiba-tiba di sebelah ku.
“TEGAR!! Lu ngagetin gue aja deh, ngapain sih lu disini.”
“yeee salah kalau gue ada di kelas gue sendiri”
“whatever lah” kataku masih sambil celungukan.
“lu nyari siapa sih Zha sbenernya?” kali ini Tegar ikutan celingukan.
“nothing” jawabku sambil bersandar di tembok dekat pintu.
“Joshoua?” Tanya Tegar ragu.
“maybe”
“dasar cewek, kalau galau kayak gini ya”
“kenapa?”
“NORAK”
“lu bilang gue NORAK?”
“iya lu norak, udahlah kalau putus ya putus aja ngapai sih pakek celingukan nyariin dia kayak orang begok gitu.”
“masalah buat lu?”
“nggak”
“trus?”
“muachh” Tegar mencium pipiku dan tertawa.
“TEGAAARRRR!!!!KEBIASAAN DEHH!!!”
Kita, maksudnya aku dan Tegar memang nggak pernah akur, terkadang kita akur banget kayak pacaran malah, seperti saat ini. Itulah yang membuat aku dan dia selalu kompank, bahkan selalu ada saat dibutuhkan, heemmm dan memang selalu ada Tegar dimana ada aku. Mungkin karena orang tua kita berteman jadi kita deket banget. Sebenernya Tegar itu anaknya humoris dan gokil tapi ya begitulah sifatnya yang cuek dan jutek itulah sampai sekarang dia belum punya pacar, entah karena nggak ada cewek yang mau atau memang Tegarnya yang nggak begitu suka.
“ngantin yuk ?” ajak Tegar.
“trakti yaa??” jawabku manja.
“gimana yaa?”
“ayolaaahh”
“okey”
Di kantin inilah, biasanya aku dan Tegar bolos pelajaran sejarah yang sama-sama nggak kita suka, menurut dia pelajaran sejarah itu adalah pelajaran yang paling nggak masuk akal ‘kenapa mesti bahas masa yang udah lewat ber-abad abad?? Toh kita juga nggak tahu buku itu benar atau tida. Pelajarang paling nggak masuk akal’ katanya saat aku Tanya tentang itu.
“lu mau apa?”Tanya tegar.
“masih Tanya?lu kenal gue berapa hari sih?di kantin aja lu masih Tanya mau gue apa”jawabku sembari duduk di kursi favorit.
“iyaa…iyaa,, nggak usah nyolot gitu dong.”jawabnya sambil berjalan memesan menu kesukaan.
15menit kemudian Tegar kembali sambil membawa semanguk ice cream dan 2buah donat ukuran besar untukku, 1 gelas es duah tanpa melon dan sepiring nasigoreng tanpa udang. Kita sudah sama-sama tahu mana yang kita suka dan mana yang nggak kita suka.
“Gar, habis ini kita ke loteng aja ya?”ajakku.
“hah??tumben ?habis ini kan sastra? Pelajaran faborit lu kan?”
“iya, tapi gue bosen. Boleh dong nakal sedikit?”
“iya aja lah, dari pada besuk gue nggak lu kasih contekan pas ulangan matematika”
“hahaha, sialan lu. Nemenin gue Cuma gara-gara takut nggak di kasih contekan, parah lu”
“yee, lu mah enak. Mau bolos juga nilai lu tinggi lha gue?”
“iyee, iyee gue tahu kok kalau lu begok”ejekku sambil melahap 1buah donat rasa cokelat.
“sialan lu zha, hahahaha” kata Tegar terbahak.
Selesai makan kita langsung beralih posisi ke tempat favorit ke dua, loteng toilet. Tempat rahasia dan hanya aku dan Tegar yang tahu bagaimana cara naik kesana. Di loteng ini banyak banget karya kita, dari coretan-coretan nggak penting, gambar-gambar ngaco, kerajinan tangan dari daun yang di petik di taman sekolah, sampai kaleng bekas minuman yang disusun menyerupai pyramid. Dan asal tau aja di loteng ini juga da satu sofa using panjang lengkap dengan meja yang di gotong Tegar sore-sore setelah latihan basket, dan dengan susah payah aku dan Tegar berhasil membawa naik sofa dan meja itu walaupun akhirnya sempet putus asa juga gara-gara bingung gimana cara naekinnya. Untung kta pinter.
“heuuhh, nulis dulu lah” kataku sambil menggoreskan sebuah spidol warna ke tembok yang berwarna biru itu.
“kebiasaan, pasti tulisannya galau”sahut Tegar yang sudah merebahkan tubuhnya di sofa.
“terserah gue lah, hahaha”
‘ a little white lie of my heart, my soul, n my mind’
“tuh kan bener apa yang gue bilang”kata Tegar yang tiba-tiba sudah ada di belakang ku.
“apaan sihh, udah deh. Ya lu maklumin gue dong. Kan gue baru aja putus, so wajar dong kalau gu galau?? Salah yaa??”
“yaa yaa, nggak salah kok, suka-suka lu aja lah”
“yaudah…” jawabku sambil merebahkan diri di pangkuan Tegar.
“Gar, gue tidur ya? Tar lu bangunin gue pas udah jam pulang.”
“hemmm” kata Tegar sambil sambil memasang headfree di telinganya.
Kadang rasa cinta itu sulit untuk dimengerti, sulit untuk didefinisikan, dan sulit untuk dirasakan. Seperti aku dan Tegar, betapa aku sangat senang berada di dekatnya, entah karena dia adalah sahabat terbaikku atau lebih dari itu. Yang jelas aku bahagiya dengan keadaan seperti ini, tidak ada ketakutan untuk kehilangan dan dikhianati.
Diam-diam Tegar mengamatiku lekat-lekat, tanganya yang besar menggenggam tanganku yang kecil, membelainya dan meletakkannya kembali. Dia mrapikan rambutku yang sedikit kusut karena angin, dan tersenyum melihat ku tidur dengan bibir manyun. Terlihat ada guratan saying di senyumnya yang malah, ada rasa yang masih meragu. Dan untuk sementara masih aka dicari rasa apakah itu sebenarnya.
- TO BE CONTINUED -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H