Mohon tunggu...
WASONO HADI
WASONO HADI Mohon Tunggu... Freelancer - Spider from Mars

Sering bersepeda sambil memikirkan hal yang mengganjal dikepala.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mencari Nama Anak Bukanlah Perkara yang Mudah

1 Juni 2023   09:32 Diperbarui: 1 Juni 2023   09:35 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Gambar: Freepik)

  Sebagai calon orangtua baru, memilih atau menentukan nama anak tentunya menjadi tema percakapan yang seru tiap malam menjelang tidur sambil mengelus-elus perut istri yang bahkan belum menunjukan perubahan di trisemester pertama, tapi pada kenyataanya memilih nama anak tidaklah semudah itu.

  Nama adalah doa, atau dalam kasus saya calon nama adalah doa itu benar. Saya mengamininya. Dulu waktu kaman masih pacaran, calon istriku ini sudah berkeinginan menamai anak dengan nama Raya. Dan ya benar saja, ndilalah dari pernikahan kami awal Maret 2022 itu, istriku dinyatakan hamil pada akhir bulan Juli. Hitung hitungan dengan pakar matematika yaitu dokter kandungan, keluarlah HPL yang kira-kira akan lahir pada awal buła Mei 2023, yaitu sehabis hari raya idul fitri.

  Perkara penamaan anak buat saya sendiri adalah perkara yang sangat krusial, sebagai orang tua pastinya berkeinginan untuk menyematkan nama anak dengan doa doa terbaik maupun nama yang memiliki arti bagus. Selain itu, ada juga keinginan untuk menyematkan nama diri sendiri asebagai ayah atau nama singkatan dari saya dan istri menjadi nama belakang anak. Saya yang berkeinginan memberi nama yang jawa banget sebagai indentitas anak kami yang blasteran Kabupaten Sleman-Bantul ini tak kunjung sepakat. 

Syulit!. Lha wong dulu saya beli kura-kura saja saya kasih nama Bowo dan istri saya menamainya Alexandra kok. Sebetulnya parkara nama memang lebih banyak ibu yang pasrah dan menyerahkan tanggung jawab ini ke suaminya, tapi persetujuan tetap ditanggan istri juga. Piye jal, kan syulit?.

  Selain mengeluarkan usulan nama-nama yang sudah terlintas dikepala, sebagai cah milenial tentu melakukan pencaria nama legaat Google juga. Pencarian nama berbahsa jawa, nama anak dari bahasa sansekerta, nama tumbuh-tumbuhan, nama anak-anak indie, nama dari kitab suci, maupun tren nama kekinian, bahkan sampai referensi nama-nama anak artis. Tetap saja belum ada nama yang kami anggap cocok. Dari pencarian di laman-laman website tersebut, rata-rata nama yang disarankan itu seragam dan nama-nama yang sulit  untuk diucap dan berpotensi besar memicu kegaduhan dalam ejaan penulisan. 

  Entah siapa yang memulai tren ini atau darimana asalnya kok ya para orang tua ini dengan pedenya menamai anak mereka dengan ejaan-ejaan nama yang sulitnya minta ampun mengalahkan nama orang-orang pecahan Uni Soviet. Tapi ya sudah itu hak mereka. Jadi adik-adik sekalian yang sekarang sedang menempuh pendidikan perkuliahan jurusan keguruan bersiap bersiaplah dengan kerumitan nama ketika kelak absensi murid-murid kalian.

  Kalau berkaca kepada orang-prang jaman dulu, perkara pemilihan nama anak ini nampaknya tak akan sepusing ini. Tidak terlalu ambil pusing jika nama anaknya itu sama dengan nama orang lain. Bahkan dalam satu desa saja bisa jadi ada 5 orang bernama Bambang. 

Sering terjadi cerita ketika seorang pemuda hendak memberi kabar lelayu di desa lain dan bertanya pada orang yang ditemuinya untuk bertanya rumahnya Pak Bambang sebelah mana akan mendapat jawaban sebuah pertanyaan juga, yaitu "Pak Bambang yang mana ?, yang Guru, yang juragan beras, yang Blantik Sapi, yang kerja di Kelurahan, atau yang istrinya ada dua ?". Bahkan di Indonesia sendiri dengan banyaknya orang yang memiliki kesamaan mana, sampai-sampai bermunculan grup-grup Facebook berdasar kesamaan nama. Semisal ada Paguyuban Sugeng, Agus-Agus bersaudara, Paguyuban Asep Dunia dan lain sebagainnya.

  Dari namanya, sebenarnya orang akan bisa menebak kalau orang ini dari suku mana. Misalnya saja nama Slamet, Ngadiran atau Ambarwati, tentulah orang dapat menebak orang tersebut dari Jawa. Atau misal lagi nama Deden, Ujang, dan Supriatnya, pasti orang akan tau kalau orang tersebut dari suku Batak. Nah kan benar, pasti kalian yang membaca tidak terima kalau saya sebut nama Deden, Ujang dan Supriatnya ini dari kesukuan Batak. Ya seperti itulah kira-kira penamaan anak yang saya inginkan, nama yang ketika orang berkenalan sudah akan tau orang ini asalnya dari mana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun