Mohon tunggu...
Wasiat Kumbakarna
Wasiat Kumbakarna Mohon Tunggu... karyawan swasta -

melihat sesuatu dengan lebih cerdas dan tenang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sungguh Mr. Joko Terlalu Jumawa!

12 Mei 2014   14:33 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:36 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sikap jumawa bisa diartikan juga arogan. Secara sederhana bisa diartikan sombong atau over confidence. Sikap ini bukan hal yang baik dalam konteks apapun. Jika orang atau sebuah organisasi, misalnya, sudah bersikap jumawa, biasanya ia tidak akan bekerja keras. Pasalnya, ia sudah pede (percaya diri) akan menang, misalnya.

Turunan selanjutnya sikap jumawa, di antaranya meremehkan orang atau pihak lain. Pihak yang jumawa biasanya tak bisa menerima jika pihak lain mendapatkan sesuatu kebaikan. Bawaannya curiga, “ah jangan-jangan ada main-main! Paling dia nyogok, money politic!” Begitu kira-kira pihak yang bersikap jumawa melihat orang lain mendapatkan kelebihan.

Bagi pihak atau orang yang memiliki sikap jumawa, sebenarnya kehancuran dan kegagalan tinggal menunggu waktu saja. Terutama, si empunya jumawa pasti rada malas dan enggan bekerja keras. Ya, karena sudah yakin menang itu tadi. Buruknya, biasanya si empunya jumawa jika lalu ternyata kalah, dia akan marah-marah. Tak mau menerima kekalahan. Waduh, bisa bikin anarkis tuh!

Contoh sikap jumawa

Menjelang Pilpres 09 Juli nanti, saya perhatikan ada banyak orang dan pihak yang bersikap jumawa. Teranyar sikap jumawa capres Jokowi saat menanggapi hasil rekapitulasi KPU. Dalam rekapitulasi KPU itu, PDIP tetap berada di posisi teratas dengan perolehan suara 18,95%. Jumlah ini turun bila dibandingkan dengan hasil quick count sebelumnya, yakni 19,77%. Sementara Partai Demokrat mengalami peningkatan dari hasil quick count 9,66% menjadi 10,19%.

Perubahan angka ini mengundang pertanyaan di benak bakal capres Jokowo. "Dinamika di lapangan itu yang harus dilihat. Demokrat naik 3 persen itu yang saya bilang tidak tahu itu, gimana bisa seperti itu," ucap Jokowi saat safari politik di Manado, Sulawesi Utara.

Ini pernyataan jelas keluar dari mulut orang yang bersikap jumawa. Pertama, kenaikan suara Demokrat bahkan tidak mencapai 1%, udah salah tuh pak Jokowi. Kedua, Jokowi tidak bisa menerima naiknya suara Demokrat dan turunnya suara PDIP. Dia jumawa bahwa pasti ada apa-apa, pasti Demokrat ada main. Parahnya, ia seolah menerima hasil quick count sebagai kebenaran mutlak. Ini bukan sikap negarawan dan tidak elok. Susah memang kalau sudah jemawa, jadinya keseleo tuh lidahnya.

Jangan jumawa Mr. Joko!

Ah, biasanya pak Jokowi ini mainnya cantik, santai. Lha kok tiba-tiba “menyerang” keputusan lembaga KPU dan menyindir SBY, ya? Jangan-jangan ia keseleo lidah nih ya. bisa jadi karena sudah makin galau dan tegang menjelang Pilpres. Wah, entah juga ya. Yang pasti itu pernyataan itu tidak menggambarkan karakter Jokowi yang penuh tata karma dalam bersikap.

Lalu, apa tanggapan SBY? Ia hanya tenang dan membuat tweet saja dengan bahasa yang santun. “Rasa percaya diri yang berlebihan & sikap anggap remeh lawan itulah yang menjadi sumber & jalan Anda menuju kekalahan," tulis @SBYudhoyono, Sabtu (10/5/2014)! (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun