Menjelang peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan sejumlah penghargaan kepada delapan menterinya. Mereka menerima penghargaan karena dianggap berjasa bagi kemakmuran dan kemajuan bangsa.
Penetapan penerima penghargaan itu ditetapkan dalam Surat Keputusan Presiden Nomor 57PK Tahun 2013 yang ditandatangani SBY. Selain delapan orang menteri, mantan Ketua MK Mahfud MD dan beberapa pejuang lain juga mendapat penghargaan tertinggi yang diberikan negara yaitu Bintang Mahaputera Adipradana.
Seperti biasa saja, selalu ada pro dan kontra terhadap kebijakan yang diambil SBY. Hal itu wajar saja dan menunjukkan bahwa kehidupan demokrasi di Indonesia terjamin dengan baik di era SBY.
Hanya saja, kerap sikap kontra hanya dipicu oleh rasa terlanjur tidak senang. Maka kerap pendapatnya menjadi terlalu subjektif dan kalau menurut bahasa teman saya, “asal bukan SBY.”
Sebagai contohnya adalahsikap kontra yang ditunjukkan pengamat politik dari Lingkar Madani, Ray Rangkuti. Tokoh yang satu ini mana pernah setuju dengan apa yang dilakukan pemerintahan (SBY). Seolah pokoknya SBY salah saja. Tentunya, Ray gak akan “laku” kalau dia setuju dengan SBY, kan?
Menurut Ray, hal yang telah dilakukan oleh SBY tersebut tidaklah relevan dengan kultur demokrasi bangsa. SBY bahkan dinilai mengikuti gaya kepemimpinan Soeharto. Sebab cara ini pernah dilakukan pada zaman Orde Baru era Soeharto di mana para kroni-kroni Soeharto pasti mendapatkan jasa penghargaan dari pemerintah.
Ray menambahkan, SBY masih terlihat berpandangan sempit, seolah-olah dia hanya ingin menunjukkan bahwa SBY telah berhasil. Artinya, jika SBY berhasil, secara tidak langsung ke-8 menteri tersebut otomatis juga telah berhasil menyelesaikan tugasnya dan sudah sukses di bidangnya masing-masing.
Berbeda dengan 8 menteri penerima penghargaan, Ray menyetujui penghargaan kepada Mahfud MD. Ray menilai bahwa Mahfud memang pantas mendapatkan penghargaan tersebut. Sebab, Mahfud bukan merupakan jajaran menteri dan telah bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik selama mengabdi di MK.
Tuh kan, kalau bukan orangnya SBY (Mahfud MD), Ray langsung bilang setuju. Padahal kalau mau jujur, apa standarnya jika Mahfud dikatakan lebih berhasil dibanding Hatta Rajasa, Jero Wacik, dll. Para menteri itu bekerja juga lho. banyak keberhasilan yang mereka capai. Memang tak seheboh Mahfud yang menjadi media sweetheart.
Justru saya memandang baik sikap SBY memberikan penghargaan kepada anak-anak buahnya. Karena umumunya pemimpin lupa berucap terima kasih kepada anak buahnya. Sikap pemimpin yang menghargai anak buahnya ini patut menjadi teladan, tak hanya di dunia politik, tetapi di seluruh bidang kehidupan. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H