[caption id="attachment_340771" align="aligncenter" width="624" caption="PM Tony Abbott dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (KOMPAS.com)"][/caption]
Siapa pun presidennya pasca Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pertanyaannya adalah bisakah mereka memainkan politik internasional se-elegan SBY? Jika melihat karakter belakangan yang muncul sih sepertinya Prabowo Subianto yang mampu melakukannya. Dia nampak percaya diri, tegas, dan menguasai materi. Sementara Jokowi, keliatan grogi, tak menguasai materi, ragu, intinya masih di level gubernur saja. fans Jokowi jangan marah ya, ini kan pendapat pribadi saya saja.
Kembali ke SBY dan bagaimana ia memainkan politik luar negeri, tercermin dalam pertemuan teranyar dengan Perdana Menteri Austraia Tony Abbot, di Batam, Rabu (4 Juni) lalu. SBY berinisiatif mengundang PM Abbot sebagai itikad baik Bangsa Indonesia menyelesaikan permasalahan antara kedua negara, terutama perihal kasus inteligen dan pencari suaka.
Inisiatif SBY ini membuat kaget tidak hanya pihak Australia, tetapi juga beberapa pihak di Indonesia. Demikian dituliskan lembaga think tank Australia, the Lowy Institute. SBY menunjukkan diri sebagai negarawan yang cinta damai dan tahu cara memposisikan diri dalam situasi krisis. Tak banyak pemimpin yang bisa melakukan itu di Indonesia. Prabowo mungkin bisa! Tapi Jokowi, saya ragu!
Martabat bangsa tetap dijaga
Ini tricky-nya berpolitik secara internasional. Di satu sisi, SBY menunjukkan pada dunia bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang cinta damai. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beritikad baik dalam menyelesaikan berbagai masalah. Sebelum dengan Australia ini, SBY juga menunjukkan itu ketika menyelesaikan masalah silang sengketa perbatasan dengan Filipina.
Apa yang dilakukan SBY menempatkan Indonesia menjadi bangsa yang besar. Setidaknya kemudian apa yang dilakukan SBY menjadi cermin bagi bangsa lain yang terus bersengketa soal perbatasan, misalnya China dan Vietnam soal eksplorasi Laut China Selatan.
Namun demikian, dalam hubungan dengan Australia, SBY juga tetap menjaga martabat bangsa. Terlihat dari bagaimana SBY memberi kelonggaran untuk menyelesaikan masalah pencari suaka/imigran gelap, tapi tetap tak bergeming soal kasus inteligen (Australia memata-matai Indonesia). SBY menegaskan bahwa Indonesia tetap menginginkan adanya code of conduct soal inteligen. Ketegasan SBY ini membuat Abbot berpikir panjang.
Apa yang dilakukan SBY ini mendapat apresiasi dari warga Australia. Hal itu terungkap dari polling yang dilakukan Lowy Institute beberapa saat sebelum pertemuan SBY-Abbot di Batam dilakukan, bahwa 37% responden warga Australia mengagumi SBY. Silakan baca selengkapnya di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H