Ini kabar yang tidak mengenakkan bagi tidak hanya relawan presiden terpilih Jokowi dimanapun, tetapi juga bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Elemen-elemen yang membawa Jokowi-JK memenangkan Pilpres 2014 mulai berbenturan, jauh dari kata solid. Tidak ada lagi satu kata diantara mereka seperti saat kampanye lalu.
Silakan Anda baca berita berjudul “Datangi Rumah Transisi, 88 Relawan Jokowi Minta Kejelasan” di link ini: http://m.liputan6.com/indonesia-baru/read/2096167/datangi-rumah-transisi-88-relawan-jokowi-minta-kejelasan
Dikabarkan, belasan relawan pendukung Jokowi mendatangi Rumah Transisi di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat guna menagih janji untuk melibatkan mereka di Rumah Transisi. Juru bicara relawan, Boni Hargens mengatakan, relawan yang hadir tergabung dalam 88 relawan dari 15 kelompok telah didaftarkan ke dalam 22 kelompok kerja (Pokja) Rumah Transisi. Namun mereka tak kunjung mendapatkan kepastian.
Ketidakjelasan ini menimbulkan keresahan di kalangan relawan. "Kesan ini lahir dari kelambanan Rumah Transisi merespons niat baik keterlibatan relawan dalam kerja Rumah Transisi. Kami berharap semua ketidakjelasan dan keraguan ini terjawab," tutur Bonny.
Namun, kedatangan mereka hanya sebatas sampai pagar Rumah Transisi. Salah seorang Deputi Kantor Transisi, Andi Widjajanto, keluar dan menerima kedatangan para relawan. Tapi relawan tidak diizinkan masuk karena ada rapat yang digelar Jokowi bersama tim Transisi. Sebagai gantinya, para relawan yang berasal dari Bara JP, Seknas Jokowi, Projo, dan lainnya itu dipersilakan datang lain kali.
Hal itu direspons baik oleh para relawan. "Kalau minggu ini tidak direspons, kita akan bergerak lagi," tegas Boni.
Off the record
Sebetulnya ada “kabar di balik kabar” alias kabar off the record. Katanya, Bonny Hargens mengaku bahwa isi Rumah Transisi adalah orang-orang Megawati dan dia diminta Jokowi untuk datang ke situ. Kedatangan mereka ke Rumah Transisi itu untuk mengawasi Trenggono cs, Mafia Migas teman Reza Chalid, orang yang kerap disebut sebagai gembong Mafia Migas, penguasa Petral, dan calo minyak.
Bonny juga menyebut Arie Soemarno yang pernah menjabat Dirut Pertamina (kakak dari orang dekat Megawati yang menjadi ketua Rumah Transisi, Rini Soemarno), ikut di dalamnya. Orang-orang itu yang ngotot menaikkan harga BBM.
Padahal ketika masih Walikota, Jokowi menolak kenaikan BBM. PDIP juga demikian dengan berbagai alasan yang sering dikemukakan pengamat perminyakan Kurtubi, bahwa sebelum menaikkan BBM banyak opisi yang harus ditempuh, misalnya memberantas mafia minyak dan mata rantainya. Tapi nyatanya mafia itu sendiri kini ada di dalam tubuh Rumah Transisi (?).
Entah lah kabar ini benar atau tidak!
Terlepas benar atau tidak, rasa-rasanya pendukung Jokowi-JK di pilpres 2014 kebanyakan memang hanya akan “mengisap jempol.” Karena, pada akhirnya, hanya orang-orang yang “powerful” saja yang akan mendapat benefit langsung dari kemenangan Jokowi-JK. Dari komposisi di Rumah Transisi sudah jelas sekali terlihat, bukan? Siapa yang dilibatkan, siapa yang tidak dilibatkan.
Tinggal kita tunggu saja nanti komposisi kabinetnya. Saya harap para relawan dan simpatisan Jokowi-JK juga tidak kecewa, ya. Yang pasti saya tak akan kecewa. Apapun, Jokowi sudah menjadi pilihan kita bersama. Tak boleh menyesal, tak boleh mundur karena nasib bangsa yang dipertaruhkan.
Yang bisa kita lakukan sekarang adalah mendukung sepenuhnya presiden terpilih Jokowi, walaupun di sana-sini kita akan terpaksa “menggeleng-gelenggkan” kepala seraya berkata, “ini kok tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, ya!”
But anyway, saya haqul yakin dengan bermodalkan “sederhana dan merakyat” yang selama ini digaungkan, Jokowi akan mampu mengatasi berbagai masalah bangsa yang pelik!?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H