Mau tidak mau kita semua bangsa Indonesia berbicara soal Pilpres 09 Juli. Yang tadinya anti-politik pun, karena terus disuguhi berita-berita pilpres, akhirnya ikut-ikutan berpendapat. Ada banyak hal yang dibicarakan. Salah satu yang paling gres adalah pernyataan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat membuka Rapimnas Demokrat, Minggu (18 Mei) kemarin.
Ada beberapa poin penting yang dibicarakan SBY, terutama berhubungan dengan jelang Pilpres. Berbagai tanggapan pun muncul, ada yang menilai positif ada juga yang menilai negatif. Walau saya tak mengerti mengapa ada yang menanggapi negatif pernyataan SBY, saya tetap bisa memaklumi karena orang bebas berpendapat.
Secara keseluruhan, menurut saya, pernyataan-pernyataan SBY saat membuka Rapimnas Demokrat menunjukkan kematangan, kebijaksanaan dan kebesaran SBY. Selain itu, pernyataan-pernyataan itu menunjukkan bahwa SBY sangat cinta dengan negara ini.
Tidak berkoalisi dengan Jokowi ataupun Prabowo
Pernyataan pertama yang menarik dari SBY adalah bahwa ia lebih senang Demokrat tidak berkoalisi dengan pihak manapun, termasuk Jokowi dan Prabowo (dua capres terkuat di Pilpres 09 Juli).
Pilihan ini menunjukkan bahwa SBY tak mau mengorbankan rakyat yang harus terbebani dengan ruwetnya Pilpres. Pilihan ini juga menunjukkan bahwa SBY tidak gila kekuasaan. Ia ingin lebih fokus turut membangun bangsa dan negara melalui Demokrat. "Jika kita tidak ada dalam pemerintahan, justru kita akan fokus pada pembenahan dan mendekatkan diri pada masyarakat. Badai pasti berlalu dan akan terbit terang," kata SBY.
SBY persilakan kadernya keluar Demokrat
SBY sangat yakin bahwa partainya akan bangkit pada Pemilu 2019 nanti. Syaratnya, Demokrat harus berbenah diri dan SBY mendorong seluruh elemen partainya untuk fokus. “...kita harus berbenah dengan sungguh-sungguh dan mendengar kritik dari rakyat," ujarnya.
SBY juga menyampaikan bahwa dirinya akan tetap berada di Demokrat hingga lima tahun ke depan dan bertekad untuk membuat partai buatannya itu kembali berjaya. Ia mengajak seluruh kader Demokrat yang mau mengikuti langkahnya agar melakukan perbaikan partai, dan membaktikan diri mereka kepada rakyat.
Bagi yang tidak mau, SBY memberikan izin bagi yang ingin menyeberang ke partai lain, dan memperbaiki karir politiknya sendiri. "Saya mempersilakan meski merasa sedih," terang SBY.
SBY ingin membentuk Demokrat menjadi partai yang mempunyai militansi tinggi. Oleh karena itu, ia melakukan seleksi. Bagi yang keluar silakan, tapi bagi yang ingin tetap di Demokrat, berarti ia benar-benar loyal.
Demokrat menjadi oposisi
SBY mengajak Demokrat untuk menjadi oposisi yang baik bagi siapapun penguasa yang nantinya memenangkan Pilpres 09 Juli. Pilihan ini menunjukkan bahwa Sby tidak gila kekuasaan seperti yang banyak dituduhkan banyak pihak.
Untuk mereka itu saya merasa tak habis pikir. Walaupun SBY di akhir masa-masa kepemimpinannya, tetap saja banyak yang dzolim dengan komentar-komentarnya. Ada yang bilang SBY sedang bargaining lah, sedang menakar-nakar tawaran lah, sedang berusaha menyelamatkan diri dan keluarganya lah.
Saya bingung dengan pendapat-pendapat itu. Tidak bisakah barang sejenak bernafas dan berpikir objektif, lalu menghargai bahwa telah banyak yang diberikan SBY terhadap bangsa ini. Semoga saja kita menjadi orang-orang yang berpikir jernih, tak penuh dengan kebencian. Aminn!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H