Akhirnya presiden terpilih Joko Widodo membuka keran komunikasi dengan kubu Koalisi Merah Putih (KMP) dengan mendatangi ketua umum Partai Golkar dan ketua Presidium KMP, Aburizal Bakrie (Ical). Coba dari kemarin dilakukannya, tak akan itu kubu Koalisi Indonesia Hebat (KIH) kalah 0-5 dari KMP. Akan lebih bagus lagi kalau Megawatijuga turut mencairkan keadaan dengan melakukan komunikasi dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Prabowo Subianto. Tapi itu kayaknya agak susah.
Tapi biarlah, setidaknya Jokowi sudah mulai cair, tidak kaku seperti cara komunikasi politik partainya. Ini soal komunikasi politik, tak melulu berhubungan dengan idealisme. Artinya, komunikasi politik yang dibuka Jokowi bukan berarti dia berkompromi dengan keyakinan selama ini untuk tidak bagi-bagi kursi di kabinet. Lagipula, kan bagi-baginya sudah dilakukan diantara partai pendukung Jokowi. Itu juga bagi-bagi kursi namanya toh.
Sikap Ical juga bagus. Dia bilang pertemuan dengan Jokowi tak merubah pendirian Golkar sebagai keluarga besar KMP. Golkar dan KMP akan tetap akan menjaga check and balance selama pemerintahan Jokowi. Kan begitu bukan sistemnya. Jangan juga Jokowi dan PDIP meminta agar DPR selalu setuju dengan mereka.
Pasar merespon positif
Langkah Jokowi membuka komunikasi dengan KMP direspon positif oleh banyak pihak, termasuk pasar. Itu memang yang perlu dilakukan Jokowi untuk meyakinkan pasar. Bukan ikut-ikutan menyalahkan KMP seperti yang sebelumnya dilakukan. Presiden Jokowi nantinya harus meyakinkan pasar, bahwa walaupun KMP kuat di DPR tapi dia in control of the situation. Begitu kira-kira.
Para pengamat seperti biasa juga ikut berkicau. "Akhirnya Jokowi sadar. Dia sadar komunikasi politik adalah yang paling mahal dalam sebuah demokrasi," kata pengamat komunikasi politik dari Universitas Andalas, Yuliandre Darwis seperti dilansir RMOL.
Dan banyak lagi pengamat lain yang ikut berkicau positif. Walau juga tak sedikit yang tetap saja berpendapat pesimis dan memandang pertemuan itu tak ada gunanya karena yang mengendalikan KMP adalah Prabowo. Mereka mungkin benar, tapi menurut saya mereka juga biasa lah, tetap lebay karena menganggap permusuhan diantara Jokowi dan Prabowo itu nyata.
Saya sendiri meyakini, baik Jokowi maupun Prabowo adalah dua anak bangsa yang sama-sama mencintai bangsa dan negara ini. Juga mencintai NKRI dan memegang teguh bahwa NKRI adalah harga mati! Saya lebih khawatir dengan oknum di sekitar mereka yang justru punya agenda sebaliknya. Mereka-mereka lah yang harus diidentifikasi dan “diperangi.”
Banyak pihak yang provokatif
Hal lain yang mesti diwaspadai adalah pihak-pihak (termasuk media) yang begitu provokatif. Saya harus menyebutkan MetroTV sebagai salah satunya. Jujur, saya heran mengapa TV swasta satu ini sangat provokatif dengan berbagai praduganya terhadap KMP. Dibuat seolah-olah ada masalah genting, gawat darurat, di negeri ini. Kayak mau perang saja. Saya ngeri kadang mendengarnya.
Lucunya, Jokowi nya sendiri santai-santai saja ketemu Ical. Kubu KMP pun sudah menjamin pelantikan Jokowi akan baik-baik saja. Kubu KIH juga demikian. Tak ada kekhawatiran apapun. Tapi kok media-media tertentu begitu hebohnya dengan pernyataan-pernyataan provokatif.
Tak terkecuali juga berbagai akun media sosial pendukung Jokowi. Mereka begitu yakin KMP jahat laksana iblis yang sedang berusaha mengganggu presiden pilihan rakyat dan Tuhan. Biasa aja kelessssss…
Juga di Kompasiana
Saya heran mengapa pihak admin tidak menghapus posting penuh kebencian macam postingnya akun Anhoz Anhaz Anhez. Ini contoh salah satu postingnya: http://politik.kompasiana.com/2014/10/05/apakah-putaran-waktu-politis-ri-menuju-tragedi-sejenis-kelompok-mursi-di-mesir-versi-indonesia--693288.html. Saya kutip isinya:
“nasib prabowo, aburizal bakrie, amin rais, akbar tanjung, fadli zonk, fahri hamzah, hashim djoyohadikusumo, idrus marham, ngabalin, ahmad yani, SDA, anis matta, hidayat nurwahid, tantowi yahya and CS…. akan sama nasibnya seperti Mursi CS…”
“Sindikat ibLis Merah Prabowo CS merupakan sindikat bejundal-bejundal kwartet (prabowo penculik dipecat - aburizal bakri cakil lumpur - akbar tanjung irung ndol vampir orba - amien rasis profesor pikun pengkilaqnat reformasi) deretan politisi tua bau bangkai tanah kubur yang akan membawa luka hati dan dendam kesumatnya hingga ke liang lahatnya kelak, dan akan disusul bejundal-bejundal idiot fadli zonk – fahri hamzah – hashim djoyohadikusumo – anus matta – ahmad yani – tantowi yahya and sejenisnya yang akan membawa sakit dendam hati hingga tua-ompong peyotnya, wkwkwkwkwkwk”
Penuh kebencian dan provokatif! Tulisan seperti ini bisa berpotensi memecah keutuhan bangsa! Apakah seperti Anhoz ini gambaran relawan pendukung Jokowi? Saya yakin tidak! Kebanyakan pendukung Jokowi justru cerdas dan santun!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H