Memang semestinya soal Anas Urbaningrum ini tidak usah dibahas lagi. Namun rasanya gatal benar mulut ini setiap mendengar Anas dan atau para loyalis-nya. Soalnya, sangat menggelikan kelakuan mereka semua. Tak menyangka saya, orang-orang yang kebanyakan berasal dari salah satu organisasi mahasiswa paing besar di Indonesia, ternyata kualiasnya rendah sekali.
Anas-nya jangan disebut lagi. Keliatan sekali, pandai bersilat lidah saja. Lebih lagi para loyalisnya model si Mas Tri Dianto dan Ma’mun Murod. Sudah banyak omong, tukang fitnah, bercerita bohong, penakut pula. Belakangan belang muka para loyalis Anas semakin terlihat saja.
Saling tunjuk hidung
Si Mas Tri Dianto yang mengaku jurubicara Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) alias organisasi loyalis Anas, malah tunjuk hidung koleganya Ma'mun Murod saat diperiksa Bareskim Polri. Menurutnya, Ma'mun adalah pihak yang paling pantas diperiksa dalam dugaan pencemaran nama baik atas Wakil Menteri Hukum dan HAM, Denny Indrayana.
"Saya rasa dalam masalah ini saya tidak bersalah. Apalagi ada berita yang bilang ada pertemuan Cikeas itu kan pak Ma'mun bukan saya," kata Si Mas Tri Dianto. Dia menjelaskan, sejak awal dirinya sama sekali tak tahu mengenai pertemuan Denny Indrayana dan Bambang Widjojanto sehari sebelum Anas diperiksa KPK beberapa waktu lalu. Saat dikonfirmasi media, Tri hanya mengulang pernyataan Ma'mun.
"Awalnya kan pak Ma'mun ngomong di KPK soal Denny itu. Lalu, karena saya bersama rekan wartawan sedang ada di Duren Sawit, maka teman-teman yang ada di Duren Sawit minta saya untuk statemen yang sama untuk kebutuhan berita. Intinya saya hanya mengulang statemen Pak Ma'mun di KPK itu," urai Tri menceritakan kronologi.
Karenanya, loyalis Anas Urbaningrum ini heran dirinya yang lebih dahulu diinterogasi oleh penyidik dan bukan Ma'mun Murod. Sebab, lagi-lagi dia mengatakan tak tahu-menahu adanya pertemuan tersebut.
Ora mutu
Kalau kata orang Jawa, kelakuan Tri Dianto yang menggambarkan seluruh loyalis Anas ini sebagai..”Ora mutu!” Memalukan…hadeuhhh…! Jelas sekali kelompok itu layaknya panutannya, kebanyakan omongannya ngawur, berpikir pandai main politik, rupanya belang semua mukanya! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H