[caption id="attachment_366967" align="aligncenter" width="540" caption="Enny Nurbaningsih (pakar hukum tata negara), salah satu dari 9 pansel KPK yang dipilih Jokowi. (sumber foto: twitter.com)"][/caption]
Jokowi memilih 9 perempuan sebagai panitia seleksi (pansel) calon pimpinan KPK. Sontak muncul pertanyaan, mengapa mesti semuanya perempuan? Jawabannya adalah untuk membentuk KPK yang lebih baik dibandingkan yang sudah-sudah. Lho kok? Ya iya lah. Dulu waktu pansel KPK seluruhnya laki-laki tak ada yang bertanya, mengapa semuanya laki-laki! Anda itu sudah bias gender, tak objektif lagi dalam menilai!
Pansel yang profesional dan non partisan
Jadi, fokusnya bukan mereka perempuan semua, tapi mereka profesional semua. Berbeda dengan pansel-pansel KPK sebelumnya, pansel yang ini terdiri dari ahli di berbagai bidang, tidak hanya politik. Selain itu, yang tak kalah penting, mereka semua non partisan, bukan politikus. Harapannya, mereka bisa independen dari kepentingan-kepentingan yang ada.
Mari kita liat profil satu per satu pansel KPK. Destry Damayanti (ahli ekonomi keuangan dan moneter), Enny Nurbaningsih (pakar hukum tata negara), Harkristuti Harkrisnowo (pakar pidana hukum dan HAM), Betti Alisjahbana (ahli TI dan manajemen), Yenti Garnasih (ahli hukum pidana, ekonomi, dan pencucian uang), Supra Wimbarti (ahli psikologi SDM dan pendidikan), Natalia Subagyo (ahli tata kelola pemerintahan dan reformasi birokrasi), Diani Sadiawati (ahlli hukum dan perundang-undangan) dan Meuthia Ganie Rochman (ahli sosiologi).
See, betapa mereka srikandi-srikandi Indonesia yang sangat membanggakan. Jokowi berharap, pansel bisa menghasilkan pimpinan KPK yang berkomitmen penuh memberantas korupsi sebagai agenda utama reformasi. "KPK harus menjadi bagian penting dari semangat reformasi," katanya.
Sebelum 9 nama itu dipilih, Mensekneg Pratikno mengatakan‎Jokowi mendapat masukan 40-an nama calon pansel. "Kemudian panjang sekali prosesnya dalam dua minggu terakhir, akhirnya memutuskan nama-nama tersebut," imbuhnya.
Mendapat pujian
Selain mendapat pertanyaan, mengapa perempuan semua, Jokowi juga mendapat pujian dari berbagai kalangan. Ahli hukum tata negara Margarito Kamis bahkan sampai memberikan dua jempol untuk Jokowi. Ia menilai pansel dari kalangan profesional lebih kuat imannya dan tidak mudah diatur-atur oleh kepentingan politik.
"Bukan satu jempol, ini dua jempol untuk Presiden Jokowi. Presiden Jokowi telah mengubah mainstream, dahulu Pansel diisi lelaki, kini semua perempuan. Bagus...bagus saya mendukung," kata Kamis.
Pujian juga muncul mengingat pansel ini tak mengikutsertakan politikus. Biasanya, tim-tim ad hoc serupa pansel ini hampir selalu melibatkan politikus. Jika dibandingkan dengan Pansel KPK 2011, ada satu nama politikus di tim yang menghasilkan Abraham Samad cs., yaitu Patrialis Akbar (politikus PAN). Patrialis bahkan menjadi ketua Pansel KPK 2011. Diharapkan, ketidakhadiran politikus di pansel KPK 2015 bisa menghasilkan KPK yang lebih baik!
So, selamat bekerja para srikandi. Kami, rakyat Indonesia, sangat ingin KPK yang mampu memberantas korupsi di bumi pertiwi ini. Korupsi lah yang menjadi biang penyakit sehingga negeri ini masih saja berkutat dengan kemiskinan. Mana mungkin kita bisa membangun infrastruktur, jika setiap dana anggaran dikorup sana-sini! Berantas korupsi, save KPK!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H