Posisi Raja Salman bin Abdulaziz Al-Suad sebagai pelayan dua tanah suci umat Islam (Mekkah dan Madinah) tentunya mempunyai makna mendalam bagi umat Islam Indonesia. Dalam konteks itulah Presiden Jokowi berinisiatif dalam kunjungan Raja Salman kali ini, memfasilitasi pertemuan antara Raja Salman dan para alim ulama Indonesia.
Pertemuan tersebut berlangsung kemarin (Kamis, 2/3) di Istana Presiden. Pertemuan diikuti 25 orang alim ulama yang mewakili ormas-ormas Islam di bawah naungan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dalam kesempatan itu, Raja Salman mendengarkan masukan dari tokoh-tokoh alim ulama Islam Indonesia.
"Raja Salman memang sejak awal ingin mendengarkan, dan memang tidak ada dialog karena beliau sudah tidak muda lagi jadi perlu istirahat. Tapi intinya di awal beliau menyampaikan bahwa sangat senang bertemu dengan tokoh-tokoh Islam dan beliau akan mendengarkan masukan dari apa yang akan disampaikan jadi tentu semua akan menjadi perhatian beliau," kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin seperti dikutip dari detikcom.
Dari pihak alim ulama sendiri ada 3 orang yang diberi kesempatan berbicara, yaitu KH Ma'aruf Amin (mewakili NU dan MUI), Prof Dr Yunahar Ilyas (mewakili Muhammadiyah), dan Habib Lutfi dari Pekalongan. Ketiganya menyampaikan rasa syukur atas kedatangan Raja Salman dan berterima kasih atas perhatian yang luar biasa yang telah diberikan pemerintah Arab Saudi kepada Indonesia.
Menguatkan Islam toleran
Dalam kesempatan itu, Raja Salman juga menekankan pentingnya penguatan Islam yang toleran dan persatuan Islam melawan terorisme global.
"…Sebetulnya ingin mengukuhkan kembali hubungan yang lebih baik, saya melihat banyak sekali ungkapan tentang membangun hubungan, menguatkan Islam yang toleran dan bersama-sama melawan terorisme," kata Direktur Wahid Institute, Yenny Wahid yang turut dalam pertemuan seperti dikutip dari detikcom.
Poin yang pentinga adalah perang melawan terorisme global yang sejak awal menjadi salah satu agenda kunjungan Raja Salman. Dalam konteks pertemuan dengan para alim ulama Indonesia yang difasilitasi Jokowi, bahwa civil society umat Muslim Indonesia mendukung penuh komitmen bersama Indonesia dan Arab Saudi dalam memerangi terorisme. Sekaligus menegaskan bahwa terorisme bukanlah bagian dari Islam.
Perang melawan terorisme global tentunya harus dibarengi dengan pembebasan illiterasi. Itulah mengapa para alim ulama juga memberi masukan kepada kedua pemimpin, Jokowi dan Raja Salman, agar memberi penekanan pada kerja sama pendidikan Islam dan gerakan yang mengkampanyekan Islam yang Rahmatan lil Alamin. Itu beberapa poin yang sangat penting. (WK)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H