Seruan Jalesveva Jayamahe alias “Di Lautan Kita Jaya” milik TNI Angkatan Laut (AL) bukanlah motto kosong belaka. Berulang kali seruan itu dibuktikan oleh TNI AL walau dengan berbagai “keterbatasan” yang ada. Semestinya kita sebagai bangsa yang besar tak berhenti berbangga dengan kinerja TNI AL. Teranyar, kehebatan TNI AL mendapat pengakuan dari negara tetangga Malaysia.
Begini ceritanya, sebuah kapal tanker berbendera Malaysia bernama MT Orkim Harmony hilang dirompak oleh bajak laut di sekitar Selat Malaka, berbatasan dengan perairan Indonesia. Lalu, angkatan laut Malaysia meminta bantuan Indonesia (TNI AL). Dalam waktu tidak lama, perompakan bisa diungkap dan bajak laut pun ditangkap. Malaysia pun mengapreasiasi bantuan Indonesia itu.
Bahkan, secara fair Malaysia mengakui mau belajar dari Indonesia dan membuat satuan tugas untuk menghalau bajak laut di jalur perdagangan seperti yang dimiliki Indonesia. Satgas reaksi cepat antiperompak milik TNI AL bernama Western Fleet Quick Response (WFQR). Satgas ini dikhususkan untuk menekan aksi perompakan di sepanjang perairan Selat Malaka hingga Laut Cina Selatan.
Malaysia adopsi satgas Indonesia
Sejauh ini, selama tahun 2015, Malaysia mencatat telah terjadi 7 kali perompakan di wilayah perairan negaranya. Bandingkan dengan Indonesia, tak ada satu pun catatan perompakan yang berhasil di wilayah perairan Indonesia. Itulah yang menjadi motivasi utama Malaysia membentuk satgas semacam yang dimiliki Indonesia.
"Malaysia juga dari laporan Pangarmabar juga akan mengaktifkan satuan seperti itu (WFQR)," ungkap KSAL Laksamana Ade Supandi. Selain itu, Malaysia meminta agar kerja sama dengan Indonesia terus ditingkatkan, khususnya untuk menjaga jalur perdagangan di Selat Malaka.
Saat ini bentuk kerja sama yang lengkap tengah digagas Malaysia dan Indonesia. "Peran kita kerjasama, tukar menukar informasi, intelijen, dalam melaksanakan pencarian di wilayah masing-masing. Itu kejadian tanggal 11 Juni, kita sudah aktif dari tanggal 12 juni. Kita sudah bantu mencari," tutur Kadispenarmabar, Letkol Ariris Miftachurrahman.
Indonesia bebas bajak laut
WFQR merupakan satuan tugas yang dikhususkan untuk menekan aksi perompakan atau bajak laut di perairan internasional. Sejauh ini WFQR mampu menekan aksi perompakan atau bajak laut. Satgas ini memang dirasa cukup efektif, terbukti hingga saat ini belum ada laporan mengenai adanya aksi bajak laut di Selat Malaka. Sejauh ini, kata KSAL, aksi bajak laut justru terjadu di luar kedaulatan Indonesia.
"Bagus kok. Saya sudah nanya. Dari pengalaman Pangarmabar, western fleet response ini seringkali ada laporan dari IMB (International Maritime Bureau). Kita tindaklanjuti, kita cek, dan sementara pengecekan nihil (di wilayah Indonesia)," kata Ade.
Kehebatan WFQR ini sekali lagi menjadi angin segar bagi bangsa ini, setelah sebelumnya prestasi menjulang diraih tim tembak TNI Angkatan Darat (AD) di ajang AASAM (Army Skill at Arms Meeting). Secara menyakinkan mereka mendominasi ajang tersebut dengan 30 emas dan menaklukkan tentara Australia dan Amerika Serikat (AS) yang masing-masing hanya mendapat 4 emas. Lucunya, AS dan Australia tak terima kalah sampai-sampai senjata Indonesia yanga sli buatan Pindad dimasalahkan.