[caption id="attachment_361155" align="aligncenter" width="540" caption="Yang diedit itu buku, bukan pesan! (sumber foto: plywoodpeople.com) "][/caption]
Semuanya berawal dari pernyataan Sosiolog Universitas Indonesia (UI),Thamrin Amal Tomagola usai bertemu dengan Presiden Jokowi, kemarin (15/4/2015). Kata Thamrin, Jokowi mengakui bahwa hubungannya dengan Megawati Sukarnoputri sedang bermasalah. ”Beliau (Jokowi) merasa ada pihak tertentu menyampaikan informasi dari dirinya ke Bu Megawati yang diedit. Bahasanya Pak Jokowi informasi dari pihak saya ke Ibu Mega diedit sedikit, begitu bahasanya,” tutur Thamrin.
Sesaat setelah keluarnya informasi itu dari mulut Thamrin, ramai lah kembali jagat politik Indonesia, setidaknya di antara orang Istana dan orang-orang PDIP. Sampai-sampai muncul istilah “The Messenger” (pembawa/penyampai pesan), si tukang edit alias tukang pelintir pesan dari Jokowi kepada Megawati. Saling tuduh dan saling lempar pun tak bisa dihindari.
Adalah Wakil Sekjen PDIP Ahmad Basarah yang membuat istilah The Messenger. "Faktornya karena orang yang selama ini diamanatkan untuk menyampaikan pesan beliau ke Bu Mega tidak disampaikan secara utuh. Isi pesannya telah diedit," ujarnya. Basarah menekankan (seraya enggan berspekulasi mengenai siapa The Messenger) agar Jokowi segera memecat The Messenger yang tidak amanah itu!
Seskab. Mensesneg, atau Kepala Staf Kepresidenan?
Singkat cerita, ada tiga pihak yang lalu diduga sebagai The Messenger. Yang pasti, menurut politikus PDIP, Masinton Pasaribu, The Messenger adalah pihak di ring 1 Istana Negara. Masinton bahkan berani menyentil nama Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto. Untuk diketahui, Andi sejak beberapa waktu memang dituduh-tuduh sebagai salah satu pihak yang hendak menjauhkan Jokowi dari PDIP.
”Ya itu brutus-brutus yang buat itu bias kan kami sudah sampaikan. Salah satunya Seskab. Kan yang selama ini menyampaikan pernyataan Pak Presiden ke publik itu Seskab,” sebut Masinton.
Andi pun kontan membantahnya. Ia berkilah bahwa dirinya tidak punya wewenang untuk berkomunikasi dengan parpol, hanya di internal kabinet. Andi malah menyebut Kepala Staf Kepresidenan Luhut Panjaitan dan Mensesneg Pratikno yang punya kewenangan itu. "Tugas komunikasi politik itu, secara lingkungan Istana itu ada di Pak Mensesneg… dan ada di Pak Luhut (Panjaitan)….," ungkap Andi.
Luhut pun membantah ketika tuduhan The Messenger diarahkan kepadanya. "Saya nggak ngurusin gitu gitulah. Jangan lah," ucap Luhut. Luhut menambahkan komunikasi antara Jokowi dan Megawati baik-baik saja. Tidak pernah ada kendala, atau kesalahpahaman.
Sayang, ketika opini ini dibuat saya belum menemukan bantahan Pratikno (pastinya membantah..hehe).
Jokowi kapok
Kembali kepada Thamrin Amal Tomagola, ia mengatakan Jokowi mengaku kapok berkirim pesan dengan Megawati dengan menggunakan orang lain. ”Dia bilang akan mengusahakan untuk komunikasi langsung, jangan lewat orang lain. Dia enggak sebut siapa orangnya, karakter dia kan memang begitu. Tapi dia menekankan tidak perlu dikhawatirkan,” papar Thamrin.
Sekarang opini saya
Pertama, saya kok gak lihat pentingnya ini isu The Messenger dibesar-besarkan. Gak ada untung maupun ruginya langsung bagi rakyat. Ini malah merugikan karena energi pemerintah akan terkuras di masalah remeh temeh, kerja terganggu.
Maka dari itu, saya kok gak yakin ini keluar dari mulut Jokowi. Jangan-jangan Thamrin nya ini yang lebay, dia bisa saja mengedit kata-kata Jokowi juga. Setidaknya apa Jokowi minta agar obrolannya itu dijadikan konsumsi publik? Sorry to say, Thamrin dikenal sosok yang lumayan ceriwis dengan berbagai kontroversinya (silakan Google sendiri tentang Thamrin). Jangan-jangan mau cari tenar saja kawan satu ini, mau bilang dia dekat sama Presiden Jokowi.
Soal komunikasi Jokowi dan Megawati sendiri, ya sudahlah lah Pak Jok langsung saja. Gak perlu pakai Messenger. Ini jaman modern kok, ada Whatsapp, BBM, SMS, bisa telpon, bisa pakai skype, atau bisa ketemu langsung sambil sekedar nge-the. Kan nikmat!
Sudah-sudah bubar, ayo mendingan kerja lagi! Biarlah Thamrin menikmati jerih payahnya berupa panggilan interview beberapa TV. Biar tambah eksis di TV beliau..lumayan…hehe!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H