Kondisi kesatuan dan persatuan Republik Indonesia (RI) silih berganti mendapat berbagai tantangan and ancaman. Indonesia sejak lama mendapat ancaman dari berbagai gerakan separatisme di seluruh Indonesia. Walau kini relatif tidak mencuat ke permukaan, namun ancaman itu masih eksis, terutama di daerah-daerah yang “merasa” dianak-tirikan oleh pemerintah pusat Jakarta.
Selain gerakan separatis, ancaman juga datang dalam bentuk paham radikal hingga narkoba. Untuk menghadapi berbagai tantangan itu, sebagai sebuah bangsa Indonesia harus mempunyai rencana terorganisir untuk menghadapinya. Rupanya dalam konteks itulah Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) menyiapkan sebuah skenario yang mereka beri nama Skenario Indonesia 2045.
“Skenario Indonesia 2045” merupakan perkiraan gambaran kondisi Indonesia di tahun 2045 (100 tahun kemerdekaan Indonesia). Aspek yang dikaji, antara lain aspek di bidang ekonomi, sosial, politik, dan budaya.
Menurut perkiraan awal tim penyusun Skenario, di antaranya generasi baru Indonesia pada tahun 2045 mempunyai cara pandang berbeda dengan generasi sebelumnya dan menduduki ranah politik serta bisnis, pusat perekonomian dunia bergeser dari wilayah Eropa ke Asia Pasifik, dan terjadinya kemerosotan kondisi sosiologi dan budaya serta menipisnya rasa nasionalisme yang merujuk kepada disintegrasi bangsa.
Pergeseran cara pandang itu dipengaruhi oleh berbagai macam hal, termasuk di antaranya karena pelemahan akibat dari peredaran narkoba. Faktor pelemah lain adalah kampanye negatif dari Asing yang memang ingin menguasai Indonesia.
Tahap sosialisasi
Sampai saat ini, Skenario Indonesia 2045 masih dalam proses sosialisasi oleh Lemhanas. "…Lemhannas saat ini membentuk tim yang akan diturunkan ke daerah untuk mendengarkan gagasan atau ide yang bisa diimplementasikan dalam Skenario Indonesia 2045," jelas Gubernur Lemhannas, Budi Susilo Supandji.
Tim tersebut juga termasuk menyasar kalangan pesantren untuk melakukan radikalisasi ide-ide radikal yang mengatasnamakan agama Islam. "Ada 5.000 orang dari pesantren yang nantinya akan lulus. Mereka ini apakah melanjutkan ke perguruan tinggi atau malah pergi ke luar negeri dan jadi liberal, tapi apakah ada juga yang mengikuti ke Timur Tengah untuk menjadi radikal?" tanya dia.
Silakan browsing sendiri untuk mengetahui lebih banyak perihal Skenario Indonesia 2045.
Menekankan Pancasila
Lemhanas juga menekankan adanya kelompok-kelompok orang pintar yang dicuci otaknya yang akan 'dijual' untuk mengubah konsekuensi Pancasila di mata pandangan masyarakat. Ini sangat berbahaya mengingat Pancasila adalah dasar negara kita yang menjadi harga mati.
Saya secara pribadi setuju dengan ide pengamat Yudi Latif. Ia menyebutnya dengan istilah Revolusi Pancasila. Sebelum sejauh itu tentunya mesti ada diskusi yang dilanjutkan dengan sosialisasi terorganisir oleh seluruh elemen masyarakat yang terkait. Kesadaran berbangsa dan bernegara mesti memiliki kesadaran yang sama tentang pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
"Revolusi Pancasila tidak seperti Revolusi Prancis, atau bukan dalam konsep proletar seperti di Rusia...," tutur Yudi. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H