Jika Anda ditanya siapa orang yang paling tahu tugas presiden, maka Anda harus objektif menjawab Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lah orangnya. Bagaimana tidak, 10 tahun terakhir beliau lah yang menjadi presiden kita, Indonesia. SBY lah yang membawa Indonesia melewati masa-masa sulit, dikepung bencana alam, krisis (dalam dan luar negeri), konflik, dan berbagai masalah bangsa lainnya.
Wajar jika lalu, demi sebuah proses transisi yang baik, kedua capres dan cawapres harus mendengarkan masukan dari SBY. Demi sebuah keberlanjutan bangsa yang terus berkembang, masukan dari SBY adalah penting.
Baru-baru ini, SBY dalam pidatonya saat menerima gelar profesor dari Universitas Pertahanan (Unhan), mengungkapkan beberapa isu strategis di tingkat dunia yang memiliki implikasi nyata dan serius bagi upaya bangsa Indonesia mewujudkan cita-cita, kepentingan, dan tujuan nasional.
Beberapa isu yang harus diperhatikan capres dan cawapres
Isu pertama, menurut SBY, adalah redefinisi tentang persepsi ancaman terhadap kepentingan nasional. Dewasa ini ancaman terhadap kepentingan nasional bisa berupa ancaman militer, ekonomi, ideologi dan nilai-nilai dasar yang kita anut, serta politik dan kedaulatan. Selain itu, kata SBY, bencana alam, perubahan iklim dan wabah penyakit juga termasuk ancaman.
Isu kedua, kata SBY, adalah implikasi dari perubahan dan pergeseran geopolitik yang baru. SBY mencontohkan apa yang terjadi di kawasan Asia Timur dan Laut Tiongkok Selatan. “Konflik teritorial antara Tiongkok dan Jepang di Asia Timur saat ini berada dalam fase yang membahayakan. Situasi seperti ini tentu memaksa Indonesia, sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, untuk menentukan sikap yang tepat," papar SBY.
Isu ketiga adalah perang dingin baru. Menurut SBY, terlalu dini dan tidak boleh gegabah untuk mengatakan bahwa kini dunia kembali memasuki Perang Dingin. Bubarnya Uni Soviet dan Pakta Warsawa, kata SBY, pihak Barat telah memperlakukan Rusia sebagai mitra dalam berbagai kerja sama. misalnya dalam G-8 dan G-20.
Sementara itu, di kawasan Asia Pasifik telah berdiri forum APEC dan East Asia Summit yang disamping 10 negara ASEAN, dan 6 negara di kawasan Asia, juga diajak dan diwadahi keberadaan AS dan Rusia dalam forum penting tersebut. "Tanpa harus terseret-seret ke kubu manapun, Indonesia harus tetap bisa memainkan peran yang konstruktif," tandas SBY.
Tidak sederhana rupanya
Ckckckck…ternyata tidak sederhana lho masalah yang dihadapi Indonesia itu, Mas-nya! (Mas-nya adalah plesetan bahasa Indonesia untuk panggilan bahasa Jawa, Mase’)
Masalah yang dihadapi bangsa ini sangat rumit. Maka, butuh kecerdasan, ketegasan, pengalaman internasional, kemampuan komunikasi secara internasional, dan kepemimpinan. Indonesia butuh pemimpin yang visioner dan punya konsep besar.
Bahaya jika Indonesia di masa-masa seperti ini dipimpin oleh presiden yang bermodalkan kesederhanaan. Sederhana tak akan menyelesaikan masalah-masalah yang diindikasikan oleh SBY di atas.
Hayooo…siapa capres yang pake tagline sederhana, yaaaaa…hehe
Pertanyaannya, di masa-masa seperti ini -seperti yang digambarkan SBY-, Indonesia membutuhkan capres nomor urut 1 atau capres nomor urut 2, ya? Jangan dulu dijawab. Silakan Anda pertimbangkan dengan matang dulu, ya! Toh waktunya masih lama, 9 Juli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H