Indonesia selalu “penting” buat Australia. Kalau tidak ada Indonesia, Australia mau mem-bully siapa lagi, kan! Agar bisa di-bully, bagi Australia, Indonesia harus lemah. Kalau Indonesia kuat, mana berani Australia mem-bully. Indonesia yang kuat bisa dilihat salah satunya, yang aktual, dari susunan kabinetnya. Lalu apa kata Australia tentang susunan kabinet Jokowi?
Kalau sikap resminya, seperti yang mungkin dikatakan Perdana Menteri Tony Abbot, ya akan normatif saja. Kadangkala kita bisa sikap asli Australia melalui komentar para pengamatnya, terutama pengamat yang katanya spesialis dalam hubungan dengan Indonesia. Salah satu pengamat Australia yang –katanya- tahu banyak tentang Indonesia adalah Profesor Greg Fealy dari Australian National University (ANU) di Canberra.
Lalu, apa kata si Fealy soal susunan kabinet Jokowi-JK?
Si Fealy menilai, sejumlah figur dalam kabinet baru Indonesia dikenal tidak begitu mendukung reformasi ekonomi dan visi demokrasi. Selain itu, kata Fealy, ada tokoh yang sepertinya menjadi incaran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tetapi tetap masuk dalam kabinet. Fealy lantas menyebut nama Menteri BUMN Rini Soemarno. Ia menilai, masuknya Rini yang merupakan orang dekat Megawati Soekarnoputri itu menunjukkan Jokowi mendapat tekanan dari Megawati dan PDI-P.
Silakan selengkapnya komentar Fealy baca di sini: http://www.tribunnews.com/nasional/2014/10/30/jusuf-kalla-sarankan-greg-fealy-lihat-hasil-akhir-kabinet-kerja
Selain Fealy, ada juga Profesor Hal Hill, juga dari ANU Canberra. Ia menilai, Kabinet Kerja dipenuhi oleh CEO dan pengusaha, dengan jumlah teknokrat yang sangat sedikit. Karena itu, katanya, kabinet ini memiliki kelemahan dalam visi reformasi demokrasi sebagaimana yang dijanjikan sendiri oleh Presiden Jokowi.
Bagi saya…
Komentar negatif dari pengamat Australia soal kabinet Jokowi-JK adalah hal yang positif. Alasan pertama, Jokowi tidak membuat susunan kabinet untuk menyenangkan Australia. Siapa elu, kan! Alasan kedua, ketika Fealy mengatakan kabinet Jokowi-JK tidak mencerminkan upaya perbaikan demokrasi, maka (suuzon saya) hampir pasti dia sedang bicara Papua. Ah, sudah bisa ditebak konteks pernyataannya.
Sudah bisa ditebak Fealy sedang mengkritik penunjukkan Jenderal (purn.) Ryamizard Riacudu sebagai menteri pertahanan. Seperti halnya pendapat Allan Nairn yang saya tulis sebelumnya (baca: http://politik.kompasiana.com/2014/10/29/jokowi-pilih-riyamizard-allan-nairn-kecele-683418.html), Fealy juga pasti menilai sosok Riacudu terlalu hardliner (garis keras), bahkan bagi Australia.
Terakhir, dengan fokus utama kabinet Jokowi terhadap wilayah maritim, termasuk terpilihnya Susi Pudjiastuti sebagai menteri perikanan dan kelautan, akan sulit bagi Australia untuk mendikte Indonesia soal aktivitas wilayah laut yang berbatasan dengan mereka. Isu imigran gelap (boat people crisis), batas wilayah dan aktivitas fishing di Samudera Hindia, tidak akan lagi menjadi isu yang mudah bagi Australia dengan terpilihnya menteri-menteri itu!
Fealy juga kecele
Sama seperti Allan Nairn, rupanya Greg Fealy juga kecele. Padahal pernyataan-pernyataannya dulu saat pilpres 2014 sangat menyanjung Jokowi. Katanya, Hasil pilpres 2014 menguntungkan Australia. Ia bilang, “Australia can expect a realistic, pragmatic approach to foreign policy from the incoming president, although international affairs does not appear to be a major priority for the man popularly known as Jokowi.”
Ada juga pernyataan Fealy lainnya kala itu, “I expect he (Jokowi) will not be too hard a president for Australians to work with. He is a pro-reform figure. He is quite a measured man. He wants Indonesia to be a good neighbour.”
Dan sekarang Fealy bilang, kabinet Jokowi tidak reformis dan demokratis. Hihi…kecele ya kamyu!
Saya menambahkan sedikit bahwa Australia tak boleh dibiarkan mendikte Indonesia, siapapun presidennya. Ada niatan buruk di balik senyum manis pemerintah Australia! Kita tak boleh lengah sehingga kejadian penyadapan terhadap mantan presiden SBY dulu terjadi lagi terhadap Presiden Jokowi.
Kita juga jangan sampai lupa peran Australia terhadap lepasnya Timor Timur dari NKRI. Bagaimana sekarang mereka menjadi salah satu penikmat minyak Celah Timur. No more! Betul begitu, Pak Menhan Ryamizard Riacudu?!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H