Mohon tunggu...
Waryono
Waryono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengalaman adalah sumber pengetahuan.

Hanya manusia biasa yang terus mencari kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Cinta yang Paling Mengharukan (Phyramus Dan Thisbe)

24 Februari 2022   22:13 Diperbarui: 24 Februari 2022   22:36 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yunani tidak hanya dikenal sebagai pusat lahirnya para filosof, tetapi juga dikenal dengan berbagai kisah mitologi. Salah satunya adalah kisah cinta Pyramus dan Thisbe, kisah cinta dua anak manusia ini sangat menyentuh hati. 

Phyramus dan Thisbe adalah sepasang kekasih, mereka saling mencintai satu sama lain. Namun cinta mereka tidak mendapat restu dari kedua orang tua mereka. Hal itulah yang membuat mereka sulit untuk bertemu, meski rumah keduanya saling berdekatan. 

Setiap kali mereka ingin ngobrol, mereka hanya bisa ngobrol lewat retakan dinding dekat rumah mereka.  

Rasa rindu ingin berjumpa, membuat mereka saling berjanji untuk bertemu. Mereka bersepakat untuk bertemu di makam raja Ninos. 

Pada saat tiba waktu yang dijanjikan, Thisbe tiba lebih dulu, dimana ia melihat seekor singa yang baru saja membunuh mangsanya sehingga mulut singa itu penuh darah. Thisbe menjadi ketakutan dan lari sambil menjatuhkan jubahnya agar tidak dikejar. Singa itu lalu mengoyak-ngoyak jubah Thisbe. 

Tidak lama kemudian Phyramos tiba, Phyramos melihat jubah Thisbe yang sedang dirobek singa yang mulutnya berlumuran darah. Melihat kejadian itu, Phyramos mengira singa itu telah memakan kekasihnya Thisbe. Dalam suka citanya Phyramos menusuk dirinya dengan pedang hingga mati. 

Tidak lama berselang, Thisbe kembali ke makam dan mendapati kekasih Phyramos telah mati. Thisbe menangis, lalu mengambil pedang milik Phyramos dan menusuk tubuhnya dengan pedang itu. 

Konon, orang tua mereka membakar jenazah mereka dalam satu tumpukan kayu dan menyimpan abu mereka dalam satu wadah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun