Mohon tunggu...
Octavianus Gautama
Octavianus Gautama Mohon Tunggu... Suami/Ayah/Pengusaha/Penulis/Pelatih/Pencetus Ide/Anak/Pembicara -

Seorang suami dengan dua anak yang masih terus belajar untuk menjaga keseimbangan antara keluarga dan karir, antara hidup dengan fokus dan hasrat untuk mengambil setiap kesempatan yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

(Tidak) Boleh Ada Go-Jek

18 Desember 2015   15:05 Diperbarui: 18 Desember 2015   15:27 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini, saya terkejut dengan berita tentang keputusan yang dikeluarkan oleh menteri perhubungan terkait dengan larangan pengoperasian Go-Jek di Indonesia. Go-Jek, salah satu perusahaan Indonesia yang bukan saja memberikan mata pencaharian buat ribuan orang tetapi juga menawarkan alternatif dan solusi terhadap kebutuhan transportasi di berbagai kota besar adalah perusahaan yang sangat popular dan dekat dengan rakyat. Dan karena itu, regulasi ini mendapat tanggapan negatif dari hampir semua pihak, termasuk pemimpin tertinggi negara kita, Bapak Presiden Jokowi.

Dasar yang digunakan oleh menteri perhubungan adalah pengaturan kendaraan bermotor bukan angkutan umum yang dibuat pada tahun 2009 dan menurut peraturan yang ada, Go-Jek, Uber Taxi dan layanan berbasis aplikasi internet itu tidak memenuhi ketentuan sebagai angkutan umum. Berdasarkan peraturan dan hukum yang ada, keluarlah regulasi larangan tersebut.

Yang mengejutkan saya lagi adalah munculnya respon dari menteri perhubungan dalam waktu yang sangat singkat untuk merevisi regulasi yang baru dikeluarkan itu. Kemenhub memutuskan untuk mencabut larangan yang baru dibuat dan kembali mengijinkan Go-Jek untuk tetap beroperasi. Selanjutnya, menteri perhubungan akan memperhatikan dan merevisi UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang ada. Seperti aplikasi yang ada di smartphone kita perlu diperbaharui setelah beberapa waktu, menteri perhubungan dapat melihat bahwa penyebab utama yang perlu segera ditangani adalah usaha untuk melakukan pembaharuan terhadap UU LLAJ.

Terlepas dari kebingungan dan keresahan yang ditimbulkan di masyarakat, saya salut dengan tindakan yang dibuat oleh pemerintah kami. Menyadari kesalahan yang dibuat, menteri perhubungan dengan segera mengambil langkah untuk memperbaiki kesalahan itu dan memilih untuk melihat dilema angkutan umum dari sisi yang lebih luas, yaitu dari UU LLAJ yang sedang berlaku.

Perilaku ini sangat mulia, karena banyak sekali pemimpin, baik itu pemimpin diri sendiri, pemimpin keluarga, atau pemimpin perusahaan dan organisasi yang ketika berada pada situasi yang sama, memilih untuk menunda memperbaiki kesalahan mereka karena berbagai sebab. Mereka lebih mementingkan ego dan harga diri ketimban berusaha untuk memperbaiki kesalahan yang ada. Dan perilaku yang demikian seringkali mengakibatkan kerugian yang lebih besar dan sakit hati yang lebih dalam lagi terhadap orang di sekitarnya. 

Bagaimana seorang ayah yang baru pulang kerja melihat anaknya sedang menangis dan seketika itu juga, ia langsung memarahi anak tersebut sebagai anak yang cengeng dan manja, tanpa mencari tahu alasan air mata itu menetes. Banyak ayah, termasuk saya, yang ketika kemudian mengetahui cerita sesungguhnya dan menyadari bahwa ia telah salah menuduh, tetap bersikukuh pada pendirian awal dan tidak mau meminta maaf atau mengubah tuduhan yang telah dijatuhkan.

Atau seorang pemimpin perusahaan yang baru mengeluarkan produk unggulan, tetapi kemudian menyadari bahwa respon pasar tidaklah seperti yang diharapkan. Ada banyak sekali pemimpin perusahaan yang kemudian memilih untuk meningkatkan promosi, menyalahkan ekonomi yang ada, atau mencari cara lain dan menutup mata terhadap kenyataan bahwa produk ini jelek dan ditolak oleh konsumen. Keras kepala ini terkadang harus dibayar dengan kebangkrutan perusahaan yang dipimpinnya itu.

Dan itulah sebabnya saya salut dengan perkembangan yang terjadi dengan regulasi Go-Jek yang dibuat oleh pemerintah. Dengan menahan malu dan melawan godaan untuk menjaga harga diri, mereka melakukan apa yang terbaik untuk masyarakat. Tindakan mereka mengajarkan saya dan kamu yang ingin terus bertumbuh menjadi pemimpin yang lebih baik untuk memiliki hati yang besar dan mau mengakui kesalahan.

Mari kita mengapresiasi keberanian dari pemimpin kita untuk segera bertindak memperbaiki kesalahan yang dibuat sambil terus mengingat agar ketika tiba waktunya kita diperhadapkan dengan kesalahan yang kita buat, kita juga memiliki hikmat dan keberanian untuk mengambil langkah yang sama, langkah yang benar.

 

Sumber foto: http://www.go-jek.com/images/gallery/29.jpg

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun