Pada liburan sekolah yang lalu, bioskop-bioskop di Indonesia memutarkan film Disney yang berjudul “Moana.” Waktu tayang yang disesuaikan dengan musim liburan anak memungkinkan banyak orangtua untuk mengajak anak-anak mereka menikmati cerita dalam bentuk gambar dan lagu ini.
Karakter utama di film ini bernama Moana. Di usia yang masih remaja, tongkat kepemimpinan sebagai kepala suku mulai diturunkan dari ayahnya kepada dia. Sebagai gadis yang sangat mencintai laut, jiwa Moana terpanggil untuk keluar dari pulaunya dan mencari Maui, seorang manusia setengah dewa. Maui dipercayai bisa menyelesaikan akar permasalahan yang sedang dihadapi oleh pulaunya, oleh orang-orangnya dengan cara mengembalikan sebuah batu hati yang pernah ia curi dari dewi Te Fiti.
Walau ayahnya melarang untuk pergi, neneknya berpendapat lain. Ia mengerti panggilan jiwa Moana. Setelah Moana berketetapan untuk mengejar panggilan itu, nenek ini memberikan petunjuk kepada Moana tentang di mana Maui berada dan arah yang harus diambil untuk sampai di sana. Kemudian, nenek ini memberikan satu kalimat yang harus diingat oleh Moana dan harus ia ucapkan ketika ia bertemu Maui. Inilah kalimatnya:
"I am Moana of Motunui. You will board my boat and restore the heart to Te Fiti."
“Saya adalah Moana dari Motunui. Kamu akan naik perahu saya dan mengembalikan hati dari Te Fiti,” demikian Moana mengulang kalimat neneknya. Beberapa waktu kemudian, iapun berangkat. Dan sepanjang perjalanan mencari Maui, Moana terus mengulang kalimat ini. Ketika badai menghantam atau ketika ia baru terbangun, inilah kalimat pertama yang keluar dari mulutnya. Kalimat ini menjadi mantra yang dipegang erat dalam mengejar tujuannya. Kalimat itu yang menguatkan dia ketika rasa ingin menyerah muncul.
Dalam hidup yang penuh dengan berbagai kejadian dan tantangan, mudah sekali untuk kita melupakan tujuan yang ingin kita capai. Gol yang sudah kita rancangkan untuk dicapai pada tahun ini mudah sekali hilang ditenggelamkan oleh ombak kesibukan. Target yang ingin kita capai dan perubahan yang ingin kita ciptakan dalam perusahaan bisa tersendat bahkan berhenti di tengah jalan. Seiring dengan waktu, keraguan dan kemalasan akan muncul menyeret kita untuk semakin menjauh dari arah yang ingin kita capai.
Apa yang kita lakukan ketika hal itu terjadi?
Apakah kita termasuk orang yang sudah melupakan new year’s resolution-nya sebelum bulan Januari berakhir, ataukah kita termasuk orang yang merayakan keberhasilan ketika satu tahun berakhir?
Film dari Moana tadi memperlihatkan satu prinsip yang dimiliki oleh para pemimpin yang memiliki visi yang kuat. Terkandung dalam kalimat yang diberikan sang nenek sebuah rumus yang sering digunakan oleh mereka yang berhasil mendapatkan apa yang benar-benar mereka kejar.
Dalam satu kalimat itu, sang nenek memperlihatkan jati diri dari Moana, latar belakangnya, dan tujuan ia berlayar meninggalkan kampung halamannya. Dengan terus mengucapkannya, pikiran Moana dipusatkan pada visi dan bukan pada masalah yang muncul menghadang. Seperti sebuah mantra, kalimat itu mengarahkan Moana untuk terus maju, terus berusaha.
Bagaimana dengan visi kita untuk tahun ini? Apakah yang kita inginkan di tahun ini? Sudahkah kita merumuskannya dalam sebuah kalimat yang bisa kita ingat sepanjang tahun ini?