Mohon tunggu...
Octavianus Gautama
Octavianus Gautama Mohon Tunggu... Suami/Ayah/Pengusaha/Penulis/Pelatih/Pencetus Ide/Anak/Pembicara -

Seorang suami dengan dua anak yang masih terus belajar untuk menjaga keseimbangan antara keluarga dan karir, antara hidup dengan fokus dan hasrat untuk mengambil setiap kesempatan yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Bodoh Sekali Pegawaimu Itu!

3 November 2015   06:36 Diperbarui: 3 November 2015   07:45 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalimat diatas diucapkan oleh seorang bos kepada temannya ketika mereka bertemu dalam sebuah acara gathering. Di tengah tantangan ekonomi yang sulit dan pasar yang makin padat, mereka menemukan kesamaan masalah dalam perilaku dari karyawan-karyawan mereka. Beberapa pemimpin perusahaan ini bercerita tentang kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pegawai mereka dan kerugian yang diderita oleh masing-masing perusahaan karena perilaku-perilaku bodoh itu.

Yang membuat para pemimpin ini frustrasi adalah meskipun sudah diperingatkan, beberapa pegawai kerap kali mengulangi kesalahan yang sama. Para karyawan ini seakan tidak mengidahkan peringatan dan teguran yang diberikan.

Bila kita cukup jeli, salah satu pertanyaan yang bisa kita tanyakan adalah: “Kalau memang mereka bodoh, mengapa kamu tidak mencari pegawai yang lebih pintar? Mengapa kamu tetap mempekerjakan pegawai itu?"

Jawaban atas pertanyaan itu akan memperlihatkan kepada kita bahwa ternyata fenomena diatas bukanlah fenomena yang langka. Dalam buku “The Contrarian’s Guide to Leadership,” Steve B. Sample menjelaskan bahwa salah satu kebenaran umum tentang manusia adalah bahwa kebanyakan orang mencari pekerja atau pegawai yang memiliki kemampuan yang lebih rendah daripada mereka. Orang yang memiliki kemampuan banyak, akan mencari orang yang memiliki kemampuan lebih sedikit dibandingkan kemampuan mereka, sementara orang yang memiliki kemampuan lebih sedikit akan memperkerjakan orang yang memiliki kemampuan jauh lebih sedikit dibandingkan kemampuan mereka. Atau seperti sebuah pepatah yang mengatakan, “A mempekerjakan A- dan B mempekerjakan C.”

Mengapa demikian?

Salah satu penyebabnya adalah adanya ketakutan dari para pemimpin untuk memiliki anak buah yang memiliki kemampuan yang lebih banyak dibandingkan kemampuan mereka. Tanpa sadar, fokus dari para pemimpin ini terletak pada citra diri mereka sendiri dan bukan berfokus kepada visi yang ingin dicapai. Pemimpin yang seperti ini tidak akan menyadari bahwa pegawai yang memiliki kemampuan yang terbaik mampu memberikan kontribusi yang jauh lebih tinggi sehingga visi yang dikejar itu bisa tercapai dengan lebih cepat.

Genghis Khan, salah satu politikus dan jenderal perang terhebat dalam sejarah, adalah seorang pemimpin yang menyadari akan hal ini. Salah satu kehebatannya terletak kepada kemampuannya untuk menemukan jenderal-jenderal perang yang hebat, sehingga visi besarnya itu bisa berjalan dan berdampak sedemikian rupa.

Di dunia yang sempurna, kita bisa mengatakan bahwa para pemimpin yang kuat akan mengambil orang-orang yang yang memiliki kemampuan lebih banyak dibandingkan kemampuan mereka. Dan meskipun kita dapat menemukan para pemimpin yang mau mempekerjakan orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi dibandingkan kemampuan mereka di salah satu bidang, sangatlah sulit untuk menemukan pemimpin yang berani mempekerjakan orang-orang yang, secara keseluruhan, memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan kemampuan pemimpin tersebut.

Bila kita mau menjadi pemimpin yang efektif, kita perlu menyadari sifat alami ini dan berusaha melawannya. Dalam menyeleksi karyawan, kita perlu berbesar hati untuk mencari orang-orang dengan kemampuan terbaik, bahkan tidak segan untuk mengambil orang-orang yang memiliki kemampuan jauh lebih tinggi dibandingkan kemampuan kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun