Mohon tunggu...
warung kopi plus
warung kopi plus Mohon Tunggu... -

tempatnya ngopi sambil ngobrol bersama sama

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Nurdin Halid dan PSSI

22 Februari 2011   01:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:23 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari ini, saya memerhatikan berita di TV dan beberapa berita di media elektronik (Kompas:  http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/1183/1/kongres.pssi) tentang konggres PSSI. Banyak berita-berita yang sifatnya memojokkan bahkan seolah-olah saling menghambat calon ketua PSSI. Sebagai gambaran awal, Saya bukan penggemar sepak bola, tepatnya bukan 'maniak' yang setiap ada pertandingan hukumnya 'wajib' menonton di TV maupun di Lapangan. Tetapi saya benar-benar menonton Pertandingan Indonesia VS Malaysia, dan saya 'terharu' tetapi 'bangga' dengan sepak bola Indonesia. Saya juga tidak mengenal si 'NH', dan saya tidak berniat membelanya, saya hanya ingin melihat secara wajar posisi dia sebagai calon ketua.

Pertanyaannya...:
Mengapa kita mesti takut dengan pencalonan NH sebagai ketua PSSI lagi?

Bukankah dia masih calon, singkat kata kalau memang dia tidak sesuai untuk PSSI ya jangan dipilih lagi dong (dengan asumsi bila si NH 'bukan orang baik'). Menurutku, kalo dia benar-benar terpilih lagi itu bukan salah dia saja dong, tetapi salah yang memilih juga. Dengan kata lain yang dipilih dan yang memilih sama-sama bukan 'orang yang baik' dan tentunya 'orang yang tidak baik' juga tidak baik untuk PSSI.

Semakin besar ketakutan kita ('NH' untuk menjadi ketua PSSI lagi) menunjukkan semakin besar peluang atau kesempatan 'NH' dalam meraih posisi Ketua PSSI.


Saya yakin, saat ini NH sudah melakukan berbagai usaha agar 'para pemilih' nantinya mau memilihnya sebagai ketua PSSI ke depan. Bagi saya, hal itu adalah wajar, karena merupakan bagian dari usahanya agar bisa memimpin kembali. Saya juga mau memimpin PSSI, tetapi saya sadar saya tidak memiliki 'sumberdaya' untuk bisa dipilih menjadi ketua. Kita tentu tahu, makna 'sumberdaya' yang saya maksud dan hal itu di Indonesia sudah sangat lazim terjadi dalam berbagai proses pemilihan ketua.

Saya yakin orang-orang yang ada di dalam PSSI memiliki 'karakteristik' yang tidak jauh berbeda dengan 'ketuanya'. Sebaliknya saya juga yakin, bahwa mereka lebih aman memilih ketua yang memiliki 'karakteristik' yang sama dengan mereka. Sehingga dengan demikian 'rahasia' tetap terjaga dengan aman dan hasilnya sumberdaya tetap mengalir dengan lancar.


Kesimpulannya...:
Kalau ingin  memperbaiki PSSI, jangan setengah-setengah, perbaiki mulai dari akar-batang-ranting dan daunnya, sehingga kedepan PSSI akan berbuah manis bagi Indonesia.

Ok, mungkin ada yang berpendapat untuk mereformasi PSSI harus dimulai dari ketuanya, pertanyaannya apakah kita sudah tahu bahwa calon-calon lain lebih baik?

Menurut saya, ini saatnya Pemerintah bertindak (bukan berbicara), karena hasil PSSI nantinya mewakili Negara (seperti pertandingan Indonesia VS Malaysia).

Kritikan buat pemerintah...:
Anggap PSSI sebagai bentuk kecil dari wajah pemerintahan kita, 'Mereformasi PSSI saja tidak bisa, bagaimana mau mereformasi Pemerintahan!!!'

Tulisan asli di: http://warungkopiplus.blogspot.com/2011/02/pssi-dan-nurdin-halid.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun