Mohon tunggu...
Abah Epoy
Abah Epoy Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Buruh pabrik makanan ringan, tinggal di Bandung, tertarik pada hal-hal bersifat ide kewirausahaan, isu-isu sosial budaya, dan bahasa...mudah berteman tapi agak pendendam jika disakiti...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

How To Be Seen And Heard In Overcrowded Market?

1 Februari 2014   09:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:16 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kalimat yang popular di dunia marketing yang saya jadikan judul di atas cukup relevan ditujukan kepada Partai Politik (Parpol) dan para Calon Anggota Dewan Legislatif (Caleg) menjelang pesta akbar Pemilu 2014.

Merujuk data di KPU, dari ratusan yang ada di Negeri Ini, ada 12 Parpol yang akan berlaga adu pesona di Pemilu 2014. Tentu, mustahil semuanya sukses. Akan ada Parpol yang berkibar begitu popular dalam mendulang simpati massa. Akan tetapi, sebagian besar akan ditinggal merana. Bahkan untuk sekadar meloloskan satu calon ke Senayan saja mereka tidak mampu.

Pertanyaannya, mengapa banyak Parpol, yang dalam banyak hal muncul dengan cara dan lagak gaya yang kurang lebih sama, namun memberikan hasil berbeda?

Ada cukup banyak Parpol memajang tokoh popular, lengkap dengan embel-embel program yang rata-rata mengatasnamakan rakyat. Tidak jarang dengan sokongan dana kampanye yang jumlahnya bikin geleng-geleng kepala. Namun mengapa hasilnya tetap saja banyak yang jeblok?

Salah satu kegagalan Parpol, terutama Parpol gurem yang baru muncul, biasanya karena mereka salah mengenali kebutuhan konstituennya (dalam dunia marketing salah mengenali kebutuhan konsumen atau customer-nya).

Dalam pemenuhan kebutuhan khalayak pemilih yang sangat beragam, bukan perkara mudah menciptakan suatu “produk” yang dapat memenuhi semua kebutuhan mereka. Karena yang dijual Parpol melulu janji, maka “diversifikasi pesan” perlu dilakukan untuk melayani semua kebutuhan.

Tak pelak, banyak bahkan yang “mencuri start” untuk membuat khalayak merasa merekalah yang paling hebat dan istimewa. Selain untuk meningkatkan popularitas (awareness), kampanye Parpol juga untuk membangun loyalitas konstituennya.

Penggunaan teknologi juga dapat meningkatkan efisiensi Parpol, misalnya untuk kampanye “political party awareness” dan “political party reputations” yang murah meriah melalui media sosial di internet. Dalam hal ini jelas Teknologi mempercepat arus informasi dan membantu dalam pengambilan keputusan bahkan menekan biaya.

Kemampuan Parpol mengelola informasi juga sangat bermanfaat dalam mengantisipasi perubahan “selera” dan perhatian khalayak yang menjadi konstituennya. Tokoh berparas ganteng yang pandai bernyanyi lagu romantic dengan tatapan sendu mungkin lima atau sepuluh tahun lalu laku dijual.

Sekarang Parpol yang jualan produk sejenis bisa jadi hanya menuai cibiran. Pandai membaca tren itulah inti dari apa yang harus dilakukan Parpol. Jika Parpol dapat membaca tren ini, maka akan menjadi peluang untuk tumbuh lebih besar dan mendapat dukungan massa lebih banyak lagi.

Menghadapi lingkungan politik yang selalu berubah, Parpol perlu mengamati lingkungan eksternal dan internalnya. Dengan demikian Parpol dapat melihat apa yang menjadi ancaman, peluang, kekuatan dan kelemahan mereka sendiri. Sesuatu yang dipandang menjadi ancaman bagi Parpol dengan adanya perubahan mungkin akan menjadi peluang, sebaliknya peluang akan menjadi ancaman. Analisis SWOT yang di dunia marketing terbilang kuno, bagi Parpol masih cukup ampuh digunakan.

Dengan melakukan analisis SWOT Parpol dapat dengan segera memberikan respon terhadap kebutuhan konstituen dan mempertahankan massa pemilih dari pesaingnya. Maklum saja, SWOT mampu memberikan gambaran kepada Parpol tentang apa yang menjadi kekuatannya (Strength), kelemahannya (Weaknesses), peluang yang ada (Opportunity), serta ancaman yang mengadang (Threat)

Dalam menghadapi lingkungan yang tidak pasti dan selalu berubah, perlu pengembangan strategi yang mampu mengarahkan Parpol ke pencapaian tujuannya. Di dalam lingkungan yang tidak pasti, pendekatan tradisional dalam perencanaan strategi komunikasi dapat menjerumuskan Parpol ke jurang bahaya. Mengapa demikian? Nanti kita bahas dalam materi yang lebih lengkap ya…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun