Bulan Mei 2013 saya mendengar kabar tentang peristiwa musibah kebakaran yang terjadi di bengkel motor dan penitipan sepeda. Kebakaran tersebut mengakibatkan puluhan sepeda onthel, sepeda motor, dan seluruh benda di rumah dan bengkel tersebut hancur dilalap api. Tak hanya itu, tiga penghuni rumah juga terpaksa dilarikan ke puskesmas dan rumah sakit karena mengalami luka bakar.
"Tidak ada harta tersisa sedikitpun, bahkan pakaian pun juga tinggal yang saya pakai saat ini. Saya juga masih bingung darimana bisa mendapatkan uang, pemilik sepeda meminta ganti rugi." Ujar pemilik bengkel kepada salah satu media.
Pengalaman Pribadi
Mendengar kabar itu, saya menjadi teringat pengalaman yang pernah saya alami di bengkel tersebut. Cerita berawal pada suatu sore sepulang dari kantor, tiba-tiba ban sepeda motor bagian belakang meletus. Saya cukup lega karena tak jauh dari tempat ban meletus ada bengkel yang menjual ban sepeda motor, tapi yang membuat gusar saat itu di dompet tidak ada uang sepeserpun. Tanpa berpikir panjang, saya mencoba memberanikan diri menuju bengkel tersebut dengan harapan ban sepeda motor bisa diganti terlebih dahulu.
Dengan jujur saya katakan kalau tidak membawa uang sepeserpun di dompet, saya minta tolong pada pemilik bengkel tersebut untuk menggantikan ban terlebih dahulu, uangnya akan saya berikan pada keesokan pagi di hari berikutnya, kebetulan setiap berangkat kantor selalu melewati bengkel tersebut.
"Ngapunten pak (Mohon maaf, pak), saya tidak bawa uang, kalo misalnya ban saya di ganti dulu, uangnya saya antar besok pagi sekalian berangkat kerja boleh tidak, pak?" Kata saya pada beliau.
"Wah, kalo tidak bawa uang ya tidak bisa mas." Jawabnya sambil menyelesaikan pekerjaan menambal ban.
“Kalau saya ninggal KTP saja bagaimana? Besok saya ambil sekalian membayar.”
“KTP arep nggo opo, mas (KTP mau buat apa, mas)?” Jawabnya.
“Kalau saya ninggal HP bagaimana, pak” tawar saya lagi
“HP ra payu, mas (HP tidak laku, mas).” jawabnya singkat. Padahal waktu itu kalau HP saya dijual, untuk membayar biaya ganti ban masih sisa.