Mohon tunggu...
Warsito
Warsito Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger yang suka berbagi informasi

Menjadikan kompasiana sebagai sarana untuk belajar menulis. Blog : maswarsito.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Belilah Meski Kita Tak Butuh

11 November 2014   20:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:04 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pak saya mau tanya, apakah Solo Peduli menerima sedekah dalam bentuk barang.” Tanya seseorang lewat telepon, Sabtu malam (25/10)

“Iya pak, ada yang bisa di bantu?”

“Ini mas, saya mau sedekah barang tapi wujudnya dipan, apakah bisa? Tanya beliau lagi

“Kita punya pesantren yatim dan beberapa asrama untuk anak-anak SMK Gratis kita, Insya Allah bisa di manfaatkan di sana pak.”

“Begini mas, kemarin itu malam-malam ada bapak-bapak sudah sepuh keliling berjualan dipan. Istri kemudian berinisiatif untuk membelinya. Setelah di beli, kita bingung mau di gunakan untuk apa karena dipan di rumah masih ada.” Beliau melanjutkan ceritanya

Selesai bercerita, beliau kemudian mengucapkan terimakasih dan mengakhiri pembicaraan.

Beberapa hari kemudian (29/10), dengan membawa pick up beliau datang ke kantor mengantar sendiri 2 buah dipan yang dimaksud untuk di sedekahkan kepada Solo Peduli

# Bapak tadi membeli dipan bukan lantaran membaca pesan yang sering kita lihat di media sosial, tapi itulah wujud kepedulian dan empati beliau kepada sesama. Semoga Allah memberikan kemudahan rizki dan kemudahan dalam segala urusan beliau

Berikut pesan yang sering kita lihat di media sosial kita,

“Belilah meski kita tidak butuh.
Mereka bukan pengemis yang meminta-minta.
Mereka berdagang dengan usaha.
Meski usia tak lagi muda.”

Luar biasa, mereka (pedagang lanjut usia) adalah pekerja keras, ulet dan pantang menyerah. Salah satu contoh adalah pedagang yang saya temui siang hari, Kamis (30/10). Seorang nenek dengan berjalan pelan datang ke kantor dengan membawa bakul di punggungnya.

“Mas, tumbas kerupuk boten?” Beliau menawarkan dagangan kepada kami

“Boten mbah.” Seorang teman menjawab

“Lha mbak-e niko.” Tanya beliau lagi

“Mbak e nggih mboten, mbah.”

“Menawi kerupuk e boten, karake niki mawon.” Lanjut beliau lagi

Yach luar biasa, beliau pantang menyerah dalam menawarkan dagangan. Kadang kita bertanya, “apakah tidak capek berjalan dengan membawa dagangan di siang hari, keuntungan yang di dapat pun belum tentu seberapa di banding dengan resiko yang di hadapi.”

Itulah mereka, semoga ada pelajaran yang bisa kita ambil di dalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun