(25 tahun mengabdi di Kateda)
Hari ini pada 25 tahun yang silam tepatnya tanggal 10 Februari Tahun 1993, melalui sebuah ujian yang dilakukan secara Internasional  ketika itu saya mendapat kepercayaan untuk menyandang gelar Principal Master VII Degree (Guru Besar) di Kateda International yang bermarkas di London Inggris. Hal ini saya peroleh melalui sebuah perjalanan panjang dan berliku dimana saat itu ujian di pimpin langsung oleh Maha Guru Kateda International Lionel H. Nasution.  Para master yang di uji pun saat itu dari berbagai negara, antara lain Philip Davis dari Amerika, Pieter Wallcot (Inggris), Bitha Parsafar, Nuria Frosini,  Robin Nas, Helen Lavglee, Pamella Mils, Palec Witter, Selina M. Grath, serta beberapa master dari Indonesia dll.
Berawal dari Manado Sulawesi Utara, dimana ketika itu Mahaguru Kateda Lionel H. Nasution dari Inggris datang dan membuka perguruan secara resmi di Indonesia dengan nama Federation Of Kateda United Societes (FOKUS) akhir tahun 80an. Saat itu saya seorang Pramuka melewati tempat latihan Kateda di sebuah sekolah di jalan siswa Manado. Dimana ketika itu saya meliha seorang wanita bule yang menerima pukulan serentak dari beberapa orang laki-laki tapi tidak apa-apa yang kemudian hari saya kenal bahwa beliau seorang pelatih Kateda berkewarganegaraan Inggris. Â Sejak saat itu saya tertarik dan ingin mencoba membuktikan apa benar bisa menerima pukulan di uluhati. Suatu saat apa yang saya nanti nantikan datang juga, si bule tersebut menyuruh saya untuk memukulnya pada saat latihan tapi justru tenaga saya yang terkuras dan dia biasa-biasa saja dan saya langsung memutuskan untuk menekuni beladiri ini. Â Awalnya saya belajar ilmu ini di Mando kurang lebih dua tahun, kemudian setelah tingkatan sabuk hitam saya mulai mengajar sampai tingkatan Pelatih. Â Pada Tahun 1990 perguruan FOKUS oleh Mahaguru Kateda di pindahkan ke Surabaya Jawa timur dan menjadi pusat ilmu Kateda, sedangkan pusat organisasinya tetap di London Inggris.
Tepatnya tanggal 10 Agustus Tahun 1992 petualangan  bak seorang pendekar ini dimualai, perjalanan panjang dari Manado ke Surabaya kami tempuh dengan menggunakan kapal laut KM. Umsini karena saat itu tidak seperti saat ini dimana alat transportasi sangat mudah. Waktu yang kami tempuh selama 4 (empat) hari, melalui rute Manado (Bitung, Ternate, Ambon, Bau-Bau, Ujung Pandang, dan tiba di Surabaya tanggal 15 Agustus 1992. Kami berlima ( Saya, Ivan Runtu, Tony Lekes, Adri Lontoh dan Steven Oroh) tiba di Surabaya tepatnya di Jalan Raya Taman Indah Sekretariat Yayasan Enesty Sport (YES) saat itu. Dalam rangka menghadiri  ujian besar Kateda International di pantai laut selatan (Ngliyep) Jawa Timur.
Keesokan harinya tanggal 16 Agustus 1992 pagi kami bertolak ke Pantai Ngliyep yang terkenal dengan ombaknya yang ganas, setelah mendapatkan instruksi maka kami berlima bersama Tolani Okunu (GMK) dan Calbert Callender  dari Nigeria yang berwarga Negara Inggris, menaiki sebuah bukit yang menjorok kelaut atau sering disebut gunung kombang. Setelah melalui latihan yang cukup serta perkenalan medan sekitar oleh GMK. Tolani Okunu, maka kami turun untuk bergabung dengan rekan-rekan yang lain di tepi pantai Ngliyep.
Setelah tibah di pantai semua peserta dibagi menjadi 3 Tim untuk turun ke laut dan menuju ke sebuah batu di tengah laut konon namanya batu (Ensty) dimana mahaguru wanita bernama Enesty bertapa di tempat itu, saat itu menurut istruksi bahwa jika ombak datang maka dengan menggunakan tenaga murni (central power) melakukan gerakan melompat untuk menghindari ombak. Namun rekan-rekan dari Tim Jawa Tengah  yang justru berada di sebelah kiri berdekatan dengan garis pantai yang tersapuh ombak ke tengah pantai dan hilang.
Untuk menolong rekan-rekan yang hilang tersebut maka, beberapa guru besar terjun ke laut untuk mencari, namun yang bisa diselamatkan oleh guru besar asal Amerika Serikat Philip David Davis yakni saudari Esry dari perguruan FAKTA Semarang. Sedangkan mereka yang hanyut terbawa ombak karena ingin menyelamatkan rekan yang lain  yakni GMK. Tolani Akani Okunu, Callbert Callender (Menyelamatkan Heri) dan Hendra (menyelamatkan Ging) ikut terbawa ombak. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki jiwa kasih sayang sejati, 5 (lima) orang yang datang dari Manado dam 5 (lima) orang pulah yang pergi meninggalkan kita semua untuk selamanya).
Tanggal 17 Agustus 1992 satu hari setelah ujian dan kejadian itu kami  mendapat instruksi untuk kembali ke Surabaya, dengan tugas memediasa para wartawan yang datang ke secretariat yang ingin mencari informasi tentang kejadian kecelakaan saat berolahraga tersebut.
Tanggal 24 Agustus 1992, Saya, Ivan Runtu dan Toni Lekes mendapat tugas khusus untuk membawa beberara orang master dari Inggris yakni  Ms Bita Parsafar dan Ms Nuria Frosini ke Klaten Yogyakarta (kaliurang), sedangkan rekan kami Adri Lontoh dan Steven Oroh ke Bandung. Selama sepulu hari kami di Yogyakarta dan berlatih di hutan kaliurang, kemudian kami bertiga bertolak ke Bandung sedangkan  Ms Bita Parsafar dan Ms Nuria Frosini kembali ke Surabaya untuk melanjutkan perjalan untuk kembali England (inggris).
Selama seminggu di Bandung, tepatnya di Jl, Ciumbuleuit Bandung untuk latihan dengan anak-anak Kateda Bandung, maka kami menuju Jakarta. Dijakarta kami membuka perguruan Kateda yang berlokasi di Bekasi Pondok Unggu.
Pada tanggal 28 September 1992 saya memutuskan untuk kembali ke Surabaya, dengan menumpang kendaraan truk gandeng. Â Perjalanan dari bekasi ke Surabaya memakan waktu selama 5 (lima) hari, melalui Jakarta, merak, patura dan semarang dan tiba di Surabaya Tanggal 3 Oktober 1992 malam hari, perjalan selama 5 (lima) hari tersebut penuh suka dan duka (banyak godaan sepanjang jalan pantura). Dan sampailah saya di Surabaya yang pada saat itu saya belum terlalu mengetahui kota Surabaya, tapi hanya mengingat satu tempat yang jalan lingkar dekat Menaggal.