Kalau saja waktu itu saya ketahuan "mbedug" sudah dipastikan saya akan menjadi bahan ejekan oleh kakak-kakak saya. Untungnya ada ibu yang bisa mengondisikan menjadi benteng pertahanan saya supaya kakak -- kakak saya tidak melihat acara "mbedug" yang saya  lakukan.
Istilah "mbedug" saat saya kecil bisa di artikan puasa nyambung, biasanya dilakukan oleh anak-anak kecil yang belum bisa puasa full satu hari. Nah, bedhug azdan dzuhur menjadi pertanda acara "mbedug" dimulai, dan berakhir setelah selesai waktu sholat dzuhur, maka puasanya dilanjutt lagi sampai waktu berbuka.
Jadi waktu itu saya masih kelas 1 SD, wajar lah kalau masih labil dalam urusan puasa, masih tahap belajar. Dan waktu itu kakak-kakak saya semuanya sudah puasa full satu hari.
Dulu kalau bulan puasa, pulang sekolah pun jadi lebih awal dari biasanya. Ceritanya setelah pulang sekolah, saya langsung bermain dengan teman-teman, berlarian kesana kemari dan tertawa. Kayak lagu deh,,,.
Lanjut,
Saat bermain dengan teman-teman, waktu itu main petak umpet di siang bolong. Tempat  bermainnya juga tak jauh dari rumah saya, maka saya putuskan untuk mencari persembunyian di dekat rumah.
Tiba - tiba lapar dan dahaga menyerang saya.
Ehmmmmm, tercium bau wangi masakan yang harum, dan tak salah lagi ibu sedang memasak. Waktu itu kalau tidak salah masak opor ayam. Pas sekali dengan keadaan perut yang sedang lapar. Ya sudah saya putusan lagi untuk bersembunyi di dapur ibu, ekekeke.
Buk, masak opor ya? Aku bertanya ke ibu sambil celingukan takut tiba-tiba ada kakak saya.
Iya mba, kenapa? Jawab ibu yang sepertinya sudah mencium bau-bau muslihat dari anak bungsunya ini. walaupun anak bungsu tapi ibu memanggil saya dengan kata "mbak".
"Mbak laper e  buk?". Â