Melihat penomena saweran gedung KPK yang terjadi akhir-akhir ini, jadi teringat pada saat kecil, merajuk pada orang tua karena tidak diberi mainan. membuat tingkah laku supaya diperhatikan orangtua, mulai dari nangis, marah, ngambek. Semua dilakukan anak kecil supaya tercapai keinginannya. Yang terjadi adalah tindakan KPK tersebut menjadi lucu.
Yang menjadi lucu adalah, KPK sebagai lemabaga negara yang sistem pelaksanaannya diatur dengan berbagai peraturan dan perundang-udangan, malah menerapkan hal yang diluar sistem, ya seperti para pemungut sumbangan mesjid di jalan-jalan. seharusnya KPK menjadi lembaga negara yang teladan, prosedural, sesuai dengan aturan yang ada.
Menurut saya dengan tidak sabarnya KPK, masyarakat menjadi kurang simpati terhadap KPK. Akhirnya jati diri KPK menjadi kelihatan, KPK sama saja dengan institusi lain yang tidak memperhatikan prihatinnya masyarakat, masih banyak masyarakat kecil yang sulit membangun rumah, harus ngontrak pindah sana sini, malahan sampai ada yang tidur di emperan toko.
Ada pendapat yang menggelikan yaitu " masa hambalang saja di setujui ko KPK tidak", hal ni mejadi ironis ko KPK disuruh bertanding dengan proyek haram. Bukankah KPK seharusnya diarahkan sebagai lembaga yang bersahaja, mencerminkan keberpihakan kepada rakyat.
Seharusnya KPK lebih serius menangani kasus yang mega besar yang belum pernah tersentuh, padahal fakta dan data semua orang sudah mengetahuinya dan konsen terhadap pencegahan terjadinya korupsi dari mulai sistem dan pembinaan terhadap instansi-instansi. sehingga masyarakat mempunyai harapan yang besar negaranya akan bangkit dan maju, meninggalkan repuutasi sebagai negara gagal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H