Mohon tunggu...
Warnaibumi
Warnaibumi Mohon Tunggu... -

Tinggla di Jakarta Bekerja sebagai desainer grafis, ilustrator dan sebagai dosen desain komunikasi visual, hoby melukis, menggambar, penyuka bacaan anak samapai teologi, penyuka makanan rujak dan ketoprak...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perjuangan Itu Masih Ada

27 Juli 2011   02:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:21 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Media surat kabar adalah salahsatu media yang paling efekatif untuk menyampaikan pesan atau informasi baik itu dalam bentuk berita maupun promosi . Surat kabar yang selalu saya baca setiap pagi hari merupakan sarapan pagi pertama sebelum menyantap hidangan lain di meja makan sebagai pengganjal perut dan pengisi energi di kala beraktifitas .

Membaca surat kabar di pagi hari ibarat membuka jendela memulai hari, menatap segala hal yang terjadi dan mendapatkan beberapa pesan – pesan inspiratif sebagai bekal perjalanan atas aktifitas pekerjaan yang bakal kita lakukan.

Sepenggal judul dalam surat kabar yang terpublikasikan sekilas saya baca yang akhirnya sayapun hanyut dalam isi publikasi tersebut. Tulisan mengenai perjuangan seorang bidan di suatu daerah dimana sang bidan berupaya untuk menjawab setiap tangan yang membutuhkan pelayanannya tanpa menyodorkan persyaratan yang jelimet dan kadang membuat jantung berdebar. Dengan pamrih ia giat mengedukasi masyarakat dan semua pihak yang berkepentingan tentang sebuah nilai yakni ‘kesehatan’ adalah suatu pekerjaan yang selalu dijalaninya hingga ke ruang yang tidak terpikirkan oleh kebanyakan orang. Semuanya dilakukan atas dasar cinta yang tulus baik kecintaan akan profesi yang menjadi tangggung jawabnya juga yang lebih mulia adalah cinta akan kemanusiaan yang selalu di junjungnya. Tidak pernah terpikirkan berapa bayaran nantinya yang akan ia terima setelah tanggung jawabnya selesai, ia hanya berpikir perjuangan apalagi yang harus dilakukannya demi tugas kemanusiaan nya?

Pada halaman berikutnya surat kabar yang saya baca berisi mengenai pendidikan di daerah timur Indonesia. Kondisi pendidikan yang selalu menjadi problem yang tak pernah usai dibicarakan hingga kampanye yang terus didengungkan dari wajib belajar, pendidikan gratis hingga pendidikan berbasis komputer. Berhasilkah kampanye tersebut?

Informasi yang saya baca tersebut adalah mengenai jauhnya fasilitas pendidikan yaitu sekolah yang menjadi sarana bagi kemajuan masyarakat dimana mereka tinggal khususnya Indonesia bagian timur. Pendidikan gratis yang selalu mereka dengar seolah terlewatkan begitu saja lantaran mereka yang terlibat didalamnya baik pendidik maupun siswa serta merta harus merogoh sendiri semua fasilitas mulai dari seragam hingga buku yang menjadi pegangan.

Tanpa keluhan para pendidik yang bergelut di dalamnya mereka tetap menjalani tanggung jawab keprofesian dengan segala keterbatasan. Mereka melakukannya demi mencerdaskan anak bangsa walaupun di pihak siswa banyak yang tidak dapat meneruskan pendidikannya hingga ke tingkat menengah karena keterbatasan biaya. Maka pupuslah harapannya untuk menggapai cita-cita impiannya. Kondisi yang sangat memperihatinkan dimana saya membaca seorang siswa yang pandai namun tidak bisa melanjutkan pendidikannya lantaran fasilitas dan biaya yang tidak bisa terpenuhi. Sampai di sinikah perjuangannya dalam menjalani kehidupannya kelak? Ia mengatakan bahwa ia akan memutuskan untuk bekerja mungkin saja pilihannya menjadi tenaga kerja di negara asing. Sebuah pilihan terakhir yang tercetus oleh sebagian besar penduduk yang mendambakan kesejahteraan.

Banyak pertanyaan yang terlontar dari benak saya, mungkinkah kemampuan seorang anak yang memiliki potensi luarbiasa di tempat yang tidak kondusif dalam hal ini pendidikan dapat menumbuhkan kecerdasannya dengan suatu keterbatasan? Dapatkah ia menjadi seorang yang mengambil bagian dalam pembangunan negeri ini? Masih adakah perjuangan diantara kita untuk turut berpamrih kepada sang penerus bangsa seperti sang bidan diatas?

(Warnaibumi)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun