Walau Indonesia sudah terbiasa dengan perbedaan warna kulit dan SARA, mari tetap ajarkan kepada anak-anak kita untuk menghormati keberagaman yang ada
Belakangan ini media ramai sekali memberitakan tentang aksi unjuk rasa bertajuk "I Cant Breathe"Â di Amerika Serikat. Demonstrasi yang awalnya berjalan damai itu berubah menjadi kerusuhan yang menyebabkan pengrusakan dan pembakaran dimana-mana.Â
Dan dampak dari demonstrasi besar itu, Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri, dilaporkan telah meningkatkan intensitas komunikasinya dengan warga negara Indonesia disana.Â
Selain mengimbau kepada seluruh WNI disana agar tetap tinggal di rumah, Kemenlu juga dilaporkan telah meminta kepada seluruh WNI yang ada disana agar mematuhi aturan penerapan jam malam, hal itu berguna untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan yang bisa saja terjadi dan menimpa saudara-saudara kita disana.
Dari berita yang saya baca di beberapa media, demonstrasi besar itu dipicu oleh tindakan polisi Minneapolis, Derek Chauvin, yang menindih leher George Floyd dengan lututnya hingga menyebabkan salah seorang warga kulit hitam Amerika meninggal.
George Floyd meninggal dunia akibat kesulitan bernafas. Sementara diketahui bahwa Derek Chauvin, Polisi Minnesota yang melakukan penangkapan adalah orang Amerika berkulit putih. Hal inilah yang kemudian akhirnya menciptakan ketegangan antara orang-orang berkulit hitam dengan orang-orang berkulit putih yang ada disana.
Jika dibandingkan dengan negara kita memang ada beberapa kemiripan demografi antara masyarakat Amerika Serikat dan Indonesia. Seperti kita ketahui, bahwa Indonesia dan Amerika ini adalah negara besar yang sama-sama memiliki masyarakat dengan latar belakang suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang beragam, perbedaan warna kulit, dan sangat rentan dengan isu-isu kesenjangan sosial.
Â
Di Indonesia sendiri juga pernah terjadi kasus kerusuhan yang berlatar suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), sebut saja seperti kasus yang awalnya kecil, terjadi di Jawa Timur dan akhirnya memicu demonstrasi besar-besaran di Papua yang berujung dengan kerusuhan disana.