Saat itu, di Kota yang pernah menjadi tempat kelahirannya. Di antara tatapan mata orang-orang yang tengah melihat ke arahku, wanita cantik itu menangis sesegukan di bahuku. Dan saat itu, bangku trotoar dan angin senja yang baru saja menggugurkan dedauan, menjadi saksi atas kehadiranku di dalam kehidupannya.
Melalui mata Sang Waktu, aku kembali ke masa lalu, ke tempat di mana aku dan wanita cantik itu dulu pernah duduk berdua di atas bangku trotoar jalanan kota itu.Â
Sang Waktu membawa rasaku kembali ke masa lalu, ke masa dimana wanita cantik ini pernah  berbisik pelan di telingaku, "Mas, aku mencintaimu. Jangan pernah tinggalkan aku. Karena tanpamu, aku begitu rapuh."
Di sebelah Sang Waktu, kutatap kedua bola mata-nya dalam--dalam, seraya berbisik pelan di telinganya,"Aku menitipkanmu pada Tuhan-ku. Tuhan-ku dan Tuhan-mu yang mampu membaca isi hati dan pikiranku. Dan untukmu, atas izin Tuhanku, aku pasti akan kembali untuk membawamu masuk ke dalam kehidupanku bersama Sang Ratu. Tubuhku dan tubuhmu boleh saja terpisah oleh jarak dan waktu. Tapi tidak dengan hatiku dan hatimu. Karena 'rasa'ku dan 'rasa'mu telah menyatu. Dan saat ini, engkau hadir di depanku karena aku yang memintanya pada Tuhan-ku."
****
Sang Waktu mengingatkanku bahwa hari ini adalah hari bahagiamu. Tepatnya ketika 44 tahun yang lalu engkau hadir dan melihat Dunia ini dengan senyum-mu. Dunia yang katamu hanyalah panggung sandiwara, Dunia yang katamu, masing-masing dari kita sesungguhnya hanya di minta untuk menjalani cerita hidupnya.
Di Dunia dimana engkau dan aku pernah di pisahkan oleh jarak dan waktu oleh masa lalu.Â
Dan di Dunia yang jarak dan waktu bukanlah halangan buat engkau dan aku di masa kini. Saat ini, di hadapan Sang Waktu, kuyakinkan diriku bahwa perbedaan usiamu yang lebih tua empat tahun dariku itu tidak akan pernah menyurutkan langkah-ku untuk membawamu ke masa depan bersamaku.Â
Di Dunia, dimana jarak dan waktu tidak lagi mampu memisahkan antara engkau dan aku, tidak ada kebahagian yang melebihi kebahagiakanku saat ini, di mana aku dan Sang Waktu merayakan hari kelahiranmu dengan ucapan tulus dari Sang Ratu di sampingku yang berkata penuh kelembutan padamu, "Aku menerimamu dan jangan pernah menganggapku sebagai sainganmu, karena kita memiliki Tuhan dan cinta yang sama terhadap lelaki yang sama-sama mencintai kita karena Tuhan-ku dan Tuhan-mu yang satu."
Selamat ulang tahun Bidadari. Bidadari kecil yang satu sayap-nya itu berada di dalam genggamanku. Bidadari kecil yang dari Sang Waktu aku tahu, bahwa di kesunyian malam engkau selalu menangis sesegukan merindukan kehadiranku. Bidadari kecil yang dari Sang Waktu aku tahu begitu merindukan pertemuan dirinya dengan Tuhan. Bidadari kecil yang selalu ingin terbang tinggi menemui Tuhan-nya bersamaku.
Dan Bidadari kecil yang pernah berbisik di telingaku, Â "Aku milikmu, di saksikan oleh Tuhanku dan Tuhanmu dan para penghuni lapis langit yang ke tujuh, di hadapan Tuhan-ku dan Tuhan-mu, aku serahkan hati dan rasaku sepenuhnya hanya untukmu. Karena engkau adalah Adam-ku dan aku adalah Hawa-mu. Dan di hadapan Tuhan Yang Maha Kasih kita pernah menyatu. Maka, jangan pernah tinggalkan aku, karena aku begitu rapuh tanpamu."