Bagian Dua
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sayang,
Hari-hari pertamaku bersama dengan orang-orang yang meninggalkan kota Jakarta setelah kerusuhan Mei 1998 itu terasa begitu berat. Terutama saat aku ingat semua kenanganku bersamamu di tempat kita biasa duduk berdua sambil meneguk secangkir kopi susu.
Sayang,
Setelah aku pergi menghilang dari kehidupanmu, Aku memasuki dunia yang belum pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Dimana aku dan beberapa orang yang sebelumnya mereka persiapan sebagai calon 'pengantin' itu diharuskan untuk memutuskan semua komunikasi dengan orang-orang yang selama ini begitu kami cintai.
Beberapa orang yang setelah kerusuhan pergi meninggalkan Jakarta bersamaku, saat ini sudah pergi mendahuluiku. Mereka semuanya telah tewas ketika melakukan bom bunuh diri di beberapa titik yang sudah ditentukan oleh pemimpin kami pada saat itu.
Aku percaya bahwa perang besar itu belum akan terjadi dalam waktu dekat ini. Terlebih saat aku bukan lagi sebagi calon pengantin. Karena sudah memiliki akses informasi yang setingkat lebih tinggi dari yang biasa didapat oleh seorang calon 'pengantin' sebelum melakukan aksi bunuh dirinya itu.
Saat itu aku berhasil mengambil hati orang yang menjadi pemimpin di kelompok yang berhasil merekrutku usai kerusuhan Mei 1998. Tapi kedekatanku dengan pimpinan kelompok yang selalu menggaungkan perang suci terhadap para 'pengantin' itu ternyata membuatku semakin sulit untuk bisa menemuimu.