Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lelaki dari Masa Lalu

30 Januari 2019   20:01 Diperbarui: 12 Mei 2019   14:23 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Darah segar menyembur dari dada lelaki berwajah teduh yang tengah duduk tepat di depanku. Bibirnya masih tersenyum, matanya masih menatap teduh ke arahku. Aku terpaku, sebelum akhirnya aku menjerit!

Laki-laki yang begitu kukasihi itu jatuh tersungkur dengan dua luka tembakan di dadanya. Setengah tidak percaya, aku peluk erat tubuh lelaki yang usianya delapan tahun di bawahku itu. Tubuh itu bersimbah darah.

"Tidak!" kataku tak percaya. Lelehan darah masih terus keluar dari mulut, hidung, dan juga telinganya.

"Aku menyayangimu ... sampai kapan pun ... aku tidak akan pernah mau ... menjadi adikmu, sebab ... aku ingin menjadi suamimu."

"Jangan..... Jangan tinggalkan aku! Aku mencintaimu! Aku mencintaimu....," rintihku sambil terus mengguncang-guncang tubuh lelaki dalam pelukanku itu. Kucium bibirnya, darah segar masih terus keluar dari mulut dan dari hidungnya.

Aku meraung keras. Terus kupeluk erat tubuhnya. Bak kesetanan aku masih terus mencium bibirnya, bibir yang tidak pernah tahu, betapa aku sangat mencintainya.

Perlahan pandangan mataku menjadi gelap sebelum akhirnya aku tidak sadarkan diri saat beberapa orang lelaki yang tadi kulihat memakai seragam Pasukan Khusus berlambang burung hantu dengan seragam hitam, dan selalu memanggul senapan serbu di dalam setiap aksinya itu menarik tubuhku. Berusaha memisahkan pelukan eratku di tubuh lelaki yang 21 tahun lalu pernah memeluk erat tubuhku di tempat ini dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun