Mohon tunggu...
MoRis Hong Kong
MoRis Hong Kong Mohon Tunggu... lainnya -

Migran. Pernah tinggal dan bekerja bersama kaum migrant di Melbourne. Sekarang tinggal dan bekerja di Hong Kong. Pernah mengajar di salah satu SMA di Malang, Jawa Timur. Penggemar kuliner nusantara. Penikmat kopi hitam.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Erwiana dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat

17 Januari 2014   08:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:45 1238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1389921572139436356

Erwiana yang sedang tergolek di rumah sakit. Foto oleh AFP, diunduh dari South China Morning Post

Erwiana Sulistyaningsih adalah Buruh Migrant Indonesia (BMI) yang saat sedang tergolek di rumah sakit Sragen akibat disiksa majikannya di Hong Kong.

Kisah penganiayaan ini sudah menjadi berita hangat di HongKong. Stasiun televisi maupun surat kabar sudah memberitakannya. Bahkan dalam headline South China Morning Post hari ini diberitakan bahwa pihak kepolisian Hong Kong akan datang ke Indonesia untuk menemui Erwiana. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang benar sehingga bisa digunakan untuk memproses secara hukum.

Satu saja sudah banyak

Kasus Erwiana sejatinya hanya satu contoh dari banyaknya kasus ketidakadilan sosial yang dialami oleh masyarakat, dalam hal ini yang lemah dan miskin. Ada beberapa sikap yang mungkin bisa muncul atas adanya permasalahan tersebut.

Di satu pihak akan melihat bahwa satu kasus saja sudah cukup untuk menjadi takaran adanya ketidakadilan sosial. Hal ini bisa kita jumpai dalam reaksi pemerintah Hong Kong melalui pihak kepolisian. Satu kasus yang muncul sudah dianggap terlalu banyak. Maka mereka hendak segera menuntaskannya. Mereka ingin segera memperoses dengan baik. Karena satu kasus sudah dianggap besar.

Di pihak lain ada yang melihat bahwa satu kasus atau bahkan dua kasus itu kecil. Dalam hal ini diwakili oleh pemerintah Indonesia. Mentri tenaga kerja, Cak Imin, dalam dialog twitter dengan saudari Fera menyatakan hal tersebut. Itu mengerikan sekali. Maka bisa dipahami jika BMI marah dengan pernyataan tersebut. Selengkapnya bisa dibaca di sini.

Dalam pemahaman penulis, keadilan sosial bukanlah ukuran matimatika. Bahwa jumlah kasus menjadi pertimbangan. Bahwa kalau 'baru' ada dua kasus, berarti masih baik-baik saja. Itu adalah pemahaman yang salah. Keadilan sosial adalah jaminan bahwa semua/seluruh elemen masyarakat mendapatkan jaminan aman, bahwa mereka tidak akan mengalami tindak kekerasan.

Siapakah yang bertugas menegakkan keadilan sosial? Mestinya kita semua dalam kapasitas yang berbeda. Pemerintah memiliki peran yang lebih besar. Mereka memiliki kuasa untuk melakukan lobby dengan pemerintah lain yang bisa menjamin adanya keadilan sosial, adanya rasa aman.

Pemerintah memiliki tanggungjawab yang besar dalam menjamin setiap warganya untuk memperoleh rasa aman, di manapun mereka berada. Maka penulis mendukung penuh surat yang ditulis oleh saudari Fera kepada Bapak Presiden. (bisa dibaca di sini)Karena beliau adalah kunci utama dalam pemerintahan, kunci utama yang memungkinkan adanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun