Mohon tunggu...
MoRis Hong Kong
MoRis Hong Kong Mohon Tunggu... lainnya -

Migran. Pernah tinggal dan bekerja bersama kaum migrant di Melbourne. Sekarang tinggal dan bekerja di Hong Kong. Pernah mengajar di salah satu SMA di Malang, Jawa Timur. Penggemar kuliner nusantara. Penikmat kopi hitam.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Penari, Tarian, dan Koreografer

18 Januari 2014   18:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:42 1932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1388238228194313922

Hari itu saya menghadiri suatu pagelaran seni. Ada tarian, ada nyanyian, dan ada operet. Berhubung panitia mengundang saya untuk hadir lebih awal, maka saya sempat melihat persiapan beberapa kelompok. Yang menarik perhatian saya adalah persiapan para penari.

Kehadiran para penari yang memenuhi hampir seluruh ruangan langsung menarik perhatian saya. Mereka melenggak lenggok mengikuti musik. Gerekan mereka yang serempak, gemulai memadukan liukan pinggang, sabetan selendang dan kerling mata tajam menghasilkan tarian yang indah. Perbedaan gerak tangan, sabetan selendang, serta geolan pinggul telah melahirkan beratus-ratus atau bahkan mungkin tak terhingga jenis tarian. Di balik itu ada satu sosok yang memiliki peran penting. Dia mengarahkan, membimbing, dan mengatur. Dialah sang koreografer.

Penari, tarian, dan koreografer adalah kesatuan yang tidak mungkin dipisahkan. Terkadang ada yang merangkap koreografer dan penari. Tetapi hal itu tidak menghilangkan hubungan antara penari, tarian, dan sang koreografer.

Penari, tarian, dan sang koreografer kehidupan

Melihat dan merenungkan itu semua saya dibawa kepada sebuah kesadaran bahwa hidup ini tak ubahnya sebuah tarian. Kita adalalah para penarinya. Sedangkan Tuhan adalah Sang Koreografer yang mengatur semuanya. Dia memadukan antara musik dan gerakan, Dia menentukan kapan seorang penari bergerak dan kapan musik mulai mengalun. Dia juga menentukan jenis musik dan bentuk gerakan untuk menghadirkan sebuah tarian sesuai dengan tema.

Yang membedakan adalah Sang Koreografer ini tidak menampakkan wujud-Nya. Dia mengatur semuanya dengan sistim yang sangat modern. Dia tidak menggunakan pengeras suara untuk menggerakkan para penari. Dia hanya menanam sebuah alat yang menyerupai chip komputer di dalam diri para penari. Jika para penari salah memperagakan tarian, chip itu akan bereaksi. Untuk memahami bagaimana chip itu bekerja baiklah kita lihat sebuah contoh.

Paijo Malesmus adalah siswa kelas 6 SD Negeri Khayangan. Hari ini dia menghadapi ujian akhir semester. Sial baginya semalam terjadi pemadaman listrik. Sehingga Malesmus tidak bisa belajar. Berhubung ujian kali ini sangat menentukan maka dia menjadi sangat kalut. Maka pagi-pagi buta, ketika listrik sudah menyala dia mencoba belajar. Tetapi singkatnya waktu membuat bahan tidak selesai dia pelajari. Diantara kalut dan bingung, dia memutuskan untuk mempersiapkan contekan. Setelah mencoba beberapa model contekan, akhirnya dia pilih satu, membuat tulisan kecil di kertas.

Saat ujianpun tiba. Soal sudah dibagikan. Malesmus sungguh tak memahami sama sekali maksud dari soal. Hatinya mulai gelisah. Pikirannya mulai bercabang antara membuka contekan atau tidak. Hatinya mulai berdebar, keringat mulai keluar. Ada desir aneh yang keluar dari hatinya. Desir yang mencoba menahan Malesmus untuk tidak membuka contekan. Semakin ingin dia membuka contekan, semakin kuat desir itu bersuara. 'Desiran' itu biasa dikenal dengan suara hati. Suara hati yng murni seumpama chip yang ditanam oleh Sang Pencipta dalam diri manusia. Itu sarana agar manusia tidak jatuh dalam tindakan yang salah.

Meski demikian manusia bisa tidak menghiraukan desir dalam hatinya. Dia bisa saja menuruti hasrat hatinya sendiri. Jika hal ini dilakukan terus maka chip itu akan berhenti berfungsi. Suara hati itu akan menjadi tumpul. Maka barang itu harus dibersihkan kembali agar mampu berfungsi baik kembali.

Relasi antara Sang Koreografer dan penari memang sungguh unik. Berbagai jenis tarian kehidupan terbentang dan tertuang dalam kehidupan kita. Tarian-tarian indah dan mencengangkan bisa selalu hadir kalau kita sebagai penari tekun mendengarkan instruksi dari Sang Koreografer. Tentu saja kita sebagai penari bisa memberi usulan kepada Sang Koreografer. Kita juga bisa meminta dispensasi, sedikit keringanan dari tuntutan gerakan yang terkadang tak tertahankan. Itu menjadi bagian-bagian yang indah dalam tarian.

Mendengarkan istruksi Sang Koreografer

Meski Sang Koreografer sudah menanam chip dalam diri para penari, kerapkali para penari tetap sulit mendengarkan instruksi-Nya. Dibutuhkan sedikit pemanasan dan latihan rutin agar suara-Nya jelas terdengar. Ada banyak jenis latihan yang bisa dilakukan. Di sini saya usulkan tiga macam pemanasan dan latihan yang bisa dilakukan.

Pertama, membaca buku petunjuk pemakaian chip. Kelemahan manusia adalah malas membaca buku petunjuk. Contohnya adalah ketika membeli barang elektronik. Di sana selalu diberi buku petunjuk. Tetapi sayang, buku itu jarang disentuh. Kebanyakan orang lebih suka langsung memasang dengan pengandaian sudah tahu, atau minta tolong orang lain untuk merakitkan atau menginstallkan. Kerap juga terjadi bahwa barang itu cepat rusak karena si pengguna tidak mengikuti petunjuk yang tertera dalam buku petunjuk.

Hidup ini juga ada buku petunjuknya. Biasanya kita sebut Kitab Suci. Sayang tidak banyak yang suka membuka dan membacanya. Kebanyakan orang  merasa sudah memahami dan mengerti. Padahal tidak memahami. atau berpikir bahwa Buku Petunjuk itu tidak menarik dan membosankan.

Latihan kedua adalah menjaga chip tetap bersih. Chip itu berada di dalam hati, di dalam batin. Maka kalau kita mau menjaga chip itu tetap bekerja dengan baik, kita mesti menjaga tempatnya juga tetap bersih. Baiklah kita sebut sebagai pemeriksaan batin.

Pemeriksaan batin bisa dilakukan sehari sekali, atau bahkan kalau mau sehari dua kali, siang hari dan malam hari. Caranya sangat sederhana dan mudah dilakukan. Pada siang hari, setelah makan siang, luangkan waktu lima menit saja. 5 menit! Caranya begini, ingat kembali apa yang sudah dibuat dari bangun tidur sampai makan siang tadi. Adakah hal-hal yang terjadi di luar prosedur yang seharusnya. Adakah penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Pemeriksaan ini ditutup dengan ungkapan syukur dan terimakasih kepada Sang Koreografer.

Pada malam hari pemeriksaan batin dilakukan sebelum berangkat tidur. Caranya sama dengan pemeriksaan pada siang hari. Hanya pemeriksaan pada malam hari dimulai dari aktivitas sesudah makan siang hingga menjelang tidur. Cara ini akan membantu hati tetap bersih sehingga chip yang tertanam di sana akan terus bekerja dengan baik.

Latihan rutin ketiga adalah menjaga komunikasi. Tanpa komunikasi yang intens dengan Sang Koreografer, mustahil kita mampu memahami tarian dengan baik. Meski kita membaca buku petunjuk dan menjaga chip tetap bersih, tanpa komunikasi dengan-Nya, tarian yang indah masih sulit ditampilkan. Komunikasi ini ada banyak ragamnya. Mulai dari komunikasi verbal hingga komunikasi batin. Komunikasi verbal lebih mudah dilakukan. Kita menjalin komunikasi dengan mengucapkan banyak kata.

Komunikasi batin sudah tidak menggunakan banyak kata. Biasanya kita hanya membiarkan diri kita hadir sepenuhnya di hadapan Sang Koreografer. Kita mengosongkan pikiran dan hanya berpusat kepada-Nya. Biasanya langkah ini dikenal dengan meditasi dan kontemplasi.

Benar-benar mengosongkan pikiran memang sulit. Godaan terbesar dalam menjalin komunikasi batin adalah pikiran yang melayang-layang. Maka dibutuhkan alat penolong agar batin tetap tenang dan terarah kepada-Nya. Salah satu alat penolong adalah dengan memanjatkan kata-kata suci. Contoh kata-kata suci adalah, 'Tuhan kasihanilah kami'. Jadi selama bermeditasi hati kita menggemakan kata 'Tuhan kasihanilah kami'. Langkah ini bisa membantu untuk bisa hadir sepenuhnya di hadapan Sang Koreografer kehidupan ini. Kata-kata suci yang lain bisa diambil dari Kitab Suci.

Seluruh tahap ini harus dilatih terus menerus. Tidak ada tarian indah yang bisa muncul begitu saja. Dibutuhkan latihan yang sangat keras dan tiada lelah.

Penutup

Tarian yang indah dihasilkan oleh kerjasama yang baik antara penari dan sang koreografer. Demikian juga dengan tarian kehidupan. Rancangan tarian yang sudah disiapkan oleh Sang Koreografer kehidupan ini akan mampu ditarikan oleh manusia kalau mereka memahami instruksi yang diberikan. Untuk itu dibutuhkan latihan-latihan yang rutin serta setia menjalin relasi pribadi dengan Sang Koreografer.

Salam,

Hong Kong 18/01/2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun