[caption id="attachment_144052" align="alignnone" width="353" caption="Karol Józef Wojtyła, gambar diunduh dari http://kidsister.files.wordpress.com"][/caption] Ada alasan mengapa seseorang pantas dikenang. Karena kebaikannya atau karena kejahatannya. Seseorang yang baik, yang memberi nilai tambah bagi kehidupan pantas dikenang. Agar apa yang baik bisa diteruskan. Seseorang yang jahat, yang merugikan kehidupan pantas diketahui. Agar seseorang tidak jatuh dalam lubang yang sama, dalam kejahatan yang sama.
Seorang yang pantas dikenang karena andilnya dalam menciptakan dunia yang lebih baik, 90 tahun yang lalu lahir ke dunia. Namanya Karol Józef Wojtyła, lahir di Wadowice Polandia, 18 Mei 1920.Ibunya meninggal ketika Karol baru berusia 8 tahun. Sementara saudari perempuan yang tertua meninggal sewaktu lahir. Maka Karol dekat dengan saudaranya Edmund yang berselisih usia 14 tahun.
Cinta Damai Sejak Muda
Karol, yang oleh dunia dikenal sebagai Yohanes Paulus II, sewaktu muda sangat menggemari olah raga. Olah raga kesukaannya adalah sepak bola, dan penjaga gawang adalah posisinya. Kemudian ia juga menyukai olah raga alam, melakukan penjelajahan dan mendaki gunung adalah kegemarannya.
Tahun 1938 mereka pindah dari Wadowice ke Krakaw. Di sini Karol mulai memasuki universitas dan banyak mengambil ilmu bahasa. Sebagian dari bahasa itu ia gunakan dengan baik ketika menjadi Paus kelak. Masa-masa indah di awal kuliah tidak bisa berlangsung lama. September 1939 Nazi Jerman menyerang Polandia dan berkobarlah perang dunia kedua.
Pendudukan Jerman atas Polandia diikuti dengan perekrutan banyak orang muda dan lelaki dewasa untuk menjadi pekerja paksa. Mereka mesti menyelesaikan banyak pekerjaan yang dibutuhkan oleh tentara Jerman. Situasi yang sulit itu berdampak buruk pada kesehatan ayah Karol. Pada tahun 1941 ia meninggal karena sakit pada hatinya.
Ditinggalkan orang-orang yang dikasihi membuat Karol berpikir keras mengenai masa depan hidupnya sendiri. Situasi perang dan kekacauan telah membuatnya berpikir untuk memilih hidup yang berguna bagi banyak orang. Pilihan hidup yang berperan sebagai pembawa pesan damai. Ia semakin serius untuk berpikir menjadi seorang pastur, di mana ia bisa menjadi pejuang dan pembawa damai.
Imam untuk Perdamaian
Karol ditahbiskan menjadi imam pada 1 Nopember 1946, setelah menyelesaikan pendidikan di seminari di Krakaw. Sebagai imam muda ia diminta belajar lagi di Roma. Disertasi doktoralnya adalah Iman menurut ajaran Santo Yohanes dari Salib. Yohanes dari Salib sendiri adalah seorang tokoh besar dalam Gereja yang hidup pada abad keenam belas.
Selesai kuliah ia mengajar di Universitas Katolik di Lublin. Sembari mengajar dia juga menyempatkan waktu untuk sebuah kelompok kecil. Kelompok ini biasa berkumpul untuk berdoa bersama atau diskusi mengenai tema-tema teologi dan filsafat. Kelompok kecil ini kemudian berkembang menjadi besar. Kegiatannya pun bervariasi, mulai dari melayani orang sakit hingga olah raga bersama, semisal ski dan kayak.
Karol ternyata seorang pembelajar yang baik. Setelah menjadi doctor untuk bidang teologi, ia belajar lagi dalam bidang filsafat. Ia mendapat gelar doctor pada tahun 1954 dengan disertasi, Fenomenologi Max Scheler.
Pada masa ini, Karol banyak menulis untuk Journal Universitas mengenai berbagai tema. Mulai dari masalah perkawinan hingga tema-tema filsafat yang pelik. Kesempatan mengajar dan bertemu dengan berbagai kelompok membuat dia menemukan banyak tema untuk dibahas dalam tulisan. Tahun 1960, beliau menerbitkan satu buku yang cukup berpengaruh dalam teologi, Cinta dan Tangggungjawab.
Di sela-sela mengajar, ia masih sering melakukan aktivitas olah raga, semisal bermain bola, bermain ski atau bermain kayak. Hal yang sama ia lakukan pada musim panas bulan Juli tahun 1958. Ketika itulah ia mendengar bahwa dirinya terpilih untuk menjadi uskup pembantu di Krakaw. Beliau menerima penunjukannya sebagai uskup pembantu dan ditahbiskan menjadi uskup pada 28 September 1958. Waktu itu Karol tercatat sebagai uskup termuda di Polandia.
Tahun 1962, sebagai uskup muda ia turut andil dalam perubahan Gereja. Waktu itu dimulailah sidang agung Gereja yang dikenal sebagai Konsili Vatikan II. Salah satu langkah besar yang pernah dilakukan oleh Gereja Katolik. Dalam sidang selama tiga tahun itu banyak perubahan terjadi, banyak pembaharuan dilakukan. Karol turut berperan dalam melahirkan beberapa dokumen yang sangat penting. Pembaharuan-pembaharuan itu mengarah kepada terciptanya dunia yang lebih baik, kehidupan yang lebih baik, dan hidup menggereja yang lebih baik.
Paus Pejuang Perdamaian
Tahun 1978 adalah saat yang penuh kejutan bagi Gereja. Ada dua Paus meninggal, artinya harus ada dua kali pemilihan Paus. Pada bulan Agustus 1978 Paus Paulus VI meninggal dunia, dan sebagai gantinya terpilih Paus Yohanes Paulus I.
Seluruh Gereja bergembira dengan adanya Paus yang baru. Namun baru berjalan sebulan, tepatnya 33 hari seusai pelantikannya, Paus meninggal dunia. Maka diadakanlah sidang lagi untuk memilih Paus yang baru. Dan Karol terpilih. Demi menghormati pendahulunya, ia memakai nama Yohanes Paulus II.
Sebagai seorang Paus dia adalah gembala dan pemimpin bagi seluruh umat Katolik di dunia. Ia banyak mengajar melalui buku-buku dan melakukan kunjungan untuk mendekatkan diri dengan umatnya. Tidak semua orang menyukainya. Ada sekelompok orang yang terusik keberadaannya.
Peristiwa pada 13 Mei 1981 ketika ia ditembak oleh Mehmet Ali Agca membuka mata dunia bahwa seorang pencinta damai dan penyebar damai juga ada yang membenci. Hal yang luar biasa adalah pengampunan yang diberikan oleh Paus kepada Mehmet. Sikap cinta damai ini juga yang mendasari semangatnya untuk mengadakan dialog dengan berbagai pihak. Dia berdialog dengan pemimpin-pemimpin besar dunia, baik pemimpin agama maupun Negara.
Perhatian Paus akan perdamaian sangat kentara dalam perannya diantara bangsa-bangsa. Seruannya akan perdamaian di Iraq, seruannya akan persatuan di Jerman dan keruntuhan Komunis adalah salah satu aksi memperjuangkan perdamaian.
Usaha perdamaian yang beliau buat juga bukan melulu pada tingkat yang besar. Beliau bahkan melihatnya dalam tingkat yang paling bawah, yaitu keluarga dan pribadi. Di sini keluarga ia lihat sebagai tonggak penerus kehidupan. Kehidupan yang baik dimulai dari keluarga dan pribadi-pribadi di dalamnya, terutama kaum muda. Sadar akan hal ini Paus juga menaruh perhatian yang sangat besar terhadap keluarga dan orang muda.
Keluarga yang kuat akan menjadi pondasi yang sangat kuat bagi masyarakat. Demikian juga dengan kaum muda. Mereka adalah tonggak-tonggak nyata yang menjadi penyangga kehidupan di masa mendatang. Orang muda yang kuat akan menjamin masyarakat tetap berjalan baik dan sehat. Beliau mengadakan pertemuan kaum muda lintas Negara (World Youth Day)untuk memberi semangat dan tuntunan. Pertemuan tiga tahunan itu tetap dilanjutkan oleh Pasu penggantinya.
Penutup
Masyarakat melihat peran dan usaha Paus dalam menciptakan perdamaian. Maka beliau pernah mendapat hadiah nobel perdamaian. Tetapi penghormatan istimewa akan jerih payahnya mengupayakan perdamaian di bumi bisa dilihat ketika beliau wafat pada April 2005. Dunia berkabung. Mereka yang dulu bermusuhan bisa duduk berdampingan dalam rasa duka yang sama. Saat itu dunia kehilangan salah satu putra terbaiknya yang gigih memperjuangkan perdamaian. Tentu kepergiannya meninggalkan pesan, bahwa usaha memperjuangkan perdamaian mesti terus dilanjutkan.
Sahabat, ada alasan mengapa seseorang mesti dikenang. Hari ini ketika saya mengajak kalian mengenangkan kelahiran Yohanes Paulus II, karena beliau telah meninggalkan usaha dan semangat yang besar untuk menciptakan perdamaian. Semoga semangat itu terus ada dan bergelora. “Selamat ulang tahun Papa. Semoga semangatmu tetap hidup dalam diri kami.“
Salam.
Melbourne, 18-05-2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H